SLIDER

TO FLUORIDE OR NOT TO FLUORIDE - perjalanan pasta gigi si baby

Thursday 23 April 2020


BabyA tumbuh gigi pertama di usia 6 bulan. Jujur aja, sebelum tumbuh gigi dan setelah tumbuh gigi itu saya ga rutin-rutin banget membersihkan mulut baby. Kadang pakai sikat gigi silicon, kadang pakai kasa (kalo sikat giginya belom di steril). Soal pasta gigi untuk bayi, saya sebenarnya masih bingung, katanya harus pakai yang berfluoride, tapi  pasta gigi berfluoride itu rata-rata tulisannya untuk usia anak 3 tahun ke atas. Logikanya memang karena anak 3 tahun ke bawah itu belum bisa melepeh alias masih fase oral (mengemut segalanya), jadi logikanya pasta gigi fluoride gak boleh ditelan kan? Jadi saya jadi ragu mau pakaikan pasta gigi berfluoride atau tidak. Selama ini saya cuma pakai pasta gigi non fluoride dari Buds Organic yang claimnya boleh tertelan.

Ohya, btw saya bukan expert ya. Jadi if you stumbled upon my blog and read this, please be advised. Ini hanya pengalaman dan opini pribadi saja. Saya juga masih belajar. Rekomendasi tetap dari dokter gigi yaah.

Saat babyA usia 12 bulanan, saya lihat ada sedikit kuning-kuning di pangkal gigi atas BabyA, di gigi seri ke empat. Saya panik kan, haduh berarti saya bersihinnya kurang bersih dong. Memang ternyata bagian gigi yang ketutup lipatan bibir itu rawan buat kurang bersih karena ketutupan bibir. BabyA memang ada sedikit lip tie kalo dulu kata konselor laktasi, dan tidak diinsisi karena tidak kategori mmenyulitkan, tapi saya jadi merasa memang agak susah menjangkau gigi yang tertutup bibir atas. Harus saya pencet bibirnya dan saya singkapkan ke atas (ya ngamuk dikit sih anaknya haha).

Anyway, makin ke sini makin melihat kalau si kuning-kuningnya juga makin banyak, ada white spots juga, huhuhu nyesel. Mana saya belum sempat bawakan ke dokter gigi (keburu pandemik terjadi) huhu. Jadilah saya searching-searching lagi. Hasilnya, ternyata baru tahu, katanya  fluoride itu cukup berpengaruh signifikan untuk mencegah gigi berlubang. Ya anggap aja ini gigi Afka cikal bakal berlubang haduuuh.

Saya jadi mulai mempertimbangkan kembali pasta gigi berfluoride, saya baca kembali ternyata fluoride itu direkomendasikan sejak gigi pertama tumbuh. Tapi gimana dong, kan belom bisa melepeh? dan pasta gigi fluoride itu rata-rata untuk 3 tahun ke atas (ceritanya saya anak penurut selalu ngikutin rekomendasi produk). Gimana dong kalo harus fluoride tapi tidak boleh tertelan?

Akhirnya saya menemukan artikel ini:

When teeth are still beginning to emerge, fluoride develops the enamel so that it becomes as hard as it needs to be to resist cavities and decay. According to the American Dental Association (ADA), parents should begin cleaning their baby's mouth as soon as they come home from the hospital by wiping their gums with gauze or a washcloth. Once their teeth come in, follow these guidelines:
Disebutkan kalau pemakaian pasta gigi berfluoride BOLEH untuk anak di bawah 3 tahun. Tapi, ada cara pemakaiannya,
Untuk anak usia 3 tahun ke bawah : a smear / sebiji grain.beras
Sedangkan usia 3 tahun ke atas : pea-sized / sebiji polong (atau jagung kali ya)

OH GITU.

BAIK.

(setelah ini kayaknya ga usah dianggap serius ya apalagi diikutin plek-plekan haha, cukup intinya mau nyampein penemuan artikel tadi aja tentang size pasta gigi)

OK, saya jadi mikir lagi, mungkin gapapa kali ya kasih pasta gigi berfluoride toh cuma sebiji beras itu dikiiit banget. Saya coba deh tuh pasta gigi berfluoride pasaran. Pertama kali saya coba, saya ngerasa waw ini tuh berbusa banget meski pakainya sedikit. Nah, masalahnya boleh tertelan atau tidak? Anggap saja tidak boleh (soalnya gak ada tulisan claim kalo boleh tertelan.). Nah yang biasanya saya bodo amat meski gak kumur-kumur atau dilap pas pakai pasta gigi organik, saya jadi bingung ini berbusa gini kalo ketelen gimana. Akhirnya nanya temen, kalau dia direkomendasikan juga pakai pasta berfluoride dan langsung di lap agar tidak atau minim yang tertelan.

OH GITU.

BAIK.

Meski berbusa, tapi tetep ya si pasta gigi pasaran ini berasa sedikit banget pakenya cuma smear2 doang. Jadi karena saya tidak puas, akhirnya saya double dengan pasta gigi organik yang biasa saya pakai. Ya cuma biar puas aja nyikatnya berasa bersih karena odolnya banyak hahaha. Sok tau banget ya? Iya namanya juga emak-emak baru belajar haha.

PENTING:
Intinya, sebenarnya paling benar itu adalah minta saran dari dokter gigi. Memang seharusnya bayi dibawa ke dokter gigi minimal usia 1 tahun, atau sejak ada gigi. Tapi babyA kebetulan ketunda terus dan keburu pandemi huhu.

Kalau sharing dari teman, sebenarnya kata dokter mau fluoride dan gak fluoride itu sama saja sih, asal cara sikat giginya yang benar (harus tanya sama dokter gigi juga, atau cari referensi yang terpercaya.) Mungkin next saya akan share lagi kalo babyA sudah sempat ke dokter gigi, hehe.

Ada yang punya pengalaman bawa babynya ke dokter gigi? Atau punya pendapat tentang fluoride? Share ya!

TENTANG RAMADHAN 2020 - gak berasa kalo besok puasa


Hingga H-3 Ramadhan tahun 2020, saya masih kaget, "hah beneran bentar lagi puasa ya?" Saya pun tersadar akan hal itu hanya karena postingan teman-teman yang sedang belanja sebelum Ramadhan. Bahkan saya belanjapun  tidak, karena masih ada beberapa stok makanan, plus ini akhir bulan, you know lah. Pandemi Corona ini selain membuat kita kehilangan orientasi hari dan tanggal, tapi juga membuat kita kehilangan banyak suasana, suasanya di taman, di mall, di tempat kerja, bahkan sedihnya kali ini, kehilangan suasana Ramadhan.

Sungguh Ramadhan kali ini bertolak belakang sekali dengan Ramadhan tahun-tahun sebelumnya. Khususnya dua tahun lalu, saya ingat kalau sangat-sangat excited dengan kedatangan Ramadhan, meski saat itu saya sedang hamil trimester pertama dan ujung-ujungnya gak bisa banyak puasa, saya sungguh excited, soalnya dua tahun lalu Ramadhan pertama bersama suami (cie). 

Kalau satu tahun yang lalu, babyA masih ASI exclusive jadi saya hampir full tidak puasa, karena babyA ngamuk-ngamuk karena sepertinya ASI saya berkurang ketika puasa (batalnya banyak amat ya bu). Tapi sungguh saya sangat cinta dengan momen Ramadhan, suara ramainya masjid sepanjang malam dan pagi hari, rasanya ramai sekali dan joyful. Tapi sampai malam ini, sepi. Shalat tarawih di rumah pun berasa kayak sholat wajib berkali-kali, padahal tarawih tahun-tahun lalu juga sering di rumah, tapi rasanya beda. Memang seharusnya kita harus meluruskan niat, tapi tidak bisa dipungkiri, suasana ternyata juga berpengaruh kepada semangat beribadah. 

Ramadhan kali ini saya berniat full puasa kembali, karena babyA sudah 15 bulan dan dianjurkan lebih banyak makan. Hal ini atas rekomendasi DSA-nya babyA (konsultasi by Whatsapp), jadi babyA disuruh nyusunya hanya sebelum tidur siang dan tidur malam saja, biar makannya lebih banyak, (karena sedang fase sulit makan huhu). Secara skrg babyA tidur siang hanya 1-2 kali saja, jadi saya semakin percaya diri untuk puasa. Saya harap pandemi ini tidak menyulitkan niat saya tersebut dan mungkin niat semua teman-teman pembaca. Aamiin.

Di satu sisi saya juga merasa memiliki harapan, karena saya percaya, di bulan Ramadhan ini kita puasa, dan puasa adalah proses detox yang bisa membuat manusia menjadi lebih sehat (harapannya seperti itu, yuk makan sehat!). Harapan saya dengan melalui bulan Ramadhan ini, imun tubuh masyarakat khususnya yang muslim, meningkat, dan kita semua bisa melawan Corona dengan cepat. Meski banyak yang memprediksi kalau corona bisa sampai akhir tahun atau tahun depan, tapi saya berharap banyak dengan melalui bulan Ramadhan ini, semua akan berbeda.

Banyak yang menyuarakan harapannya di comment-comment Instagram "semoga corona selesai sebelum lebaran. Dalam hati saya ada "Aamiin" yang kencang, meski dari otak saya berseru "gak mungkin". Tapi, siapa yang bisa lari dari kuasa Tuhan? Kalau Allah tentukan akan selesai, ya mungkin saja akan selesai. Kita gak akan tahu. Manusia hanya bisa berharap dan berserah diri.

Apapun yang terjadi, saya harap kita semua, khususnya untuk umat muslim bisa menjalani bulan Ramadhan ini seperti sebelumnya, penuh dengan ibadah, harapan dan suka cita. 

Do not lose hope, nor be sad.
- Qur'an 3:139
Gimana perasaan teman-teman menjelang Ramadhan ini? Feel free to comment :)

PINDAH GENRE BUKU

Monday 13 April 2020


Saya bisa dibilang suka baca buku, tapi kalau dibilang bookworm juga bukan sih. I'm a nerd but not a bookworm, but reading is one of my hobby. Sebenarnya kalo ditanya udah baca berapa banyak buku, gak sebanyak teman-teman saya yang lebih suka baca buku, gak begitu rajin karena saya termasuk slow reader dan cukup picky dalam memilih buku. Saya lebih suka buku yang best selling, kecuali memang jika saya sedang tertarik mengeksplor buku baru. And i really judge book from it's cover hehe.

Saya cukup bisa menikmati baca buku karena dari kecil sering dibelikan buku oleh orangtua. Selama saya 'membesar', saya menghabiskan waktu membaca buku-buku fiksi, karena itu memang genre buku favorit saya; fiksi, fantasi, kadang pinjem novel horror teman hehe. Dulu buku non fiksi yang saya baca itu cuma kayak ensiklopedi, majalah/tabloid, dan buku pengetahuan anak-anak.

Mulai remaja, saya mulai kenal novel chicklit dan chicken soup, mulai kuliah saya mulai suka novel-novel psikologi dan novel umum lainnya . Tapi memang saya tetap lebih suka dan selalu mendahulukan beli buku fiksi. Jujur saya kurang tertarik dengan buku-buku non-fiksi, kecuali buku kuliah (soalnya buku kuliah saya seru-seru hehe). Tapi mulai sih, mulai akhir-akhir kuliah saya mulai coba baca-baca buku motivasi, buku diet, buku religi dan beberapa buku non- fiksi lainnya.

Nah, entah kenapa sejak hamil, saya jadi hampir gak pernah baca buku fiksi lagi, dan malah banyak baca buku-buku parenting atau all about baby, gak cuma itu, saya juga baca buku tentang finance, pola hidup sehat, zero waste, religi, dan buku non-fiksi lainnya. Dan saya menikmati sekali, khususnya membaca yang soal parenting. Saya jadi punya banyak wishlist buku parenting (tapi cuma terhambat dana aja sih hahaha). Kalau lihat akun Goodreads saya, buku-buku lama saya yang tercatat itu kebanyakan fiksi, baru dua tahun ini banyak buku non fiksinya dan mostly buku parenting hehe.

I don't know why, baca tentang parenting itu bagi saya menyenangkan sekali. Saya bisa lebih mengenali peran baru saya sebagai ibu, saya juga bisa memahami seseorang yang baru saja muncul di dunia ini, yaitu anak saya. Saya jadi merasa punya banyak pandangan mengenai cara mengasuh dan mendidik anak. Memang sih tidak semua buku tersebut bisa diterapkan ke semua keluarga, karena karakteristik orangtua dan anak itu beda-beda, tapi setidaknya ada ilmu dan informasi baru yang menarik yang saya bisa ketahui, and that makes me so happy!

Saya harap bisa lebih banyak sharing mengenai isi buku-buku yang saya baca, khususnya di blog ini. Beberapa suka saya share di Instagram sih, tapi memang di Instagram itu tidak bisa sebacot seleluasa di blog hehe. Kalau ingin lihat rekomendasi buku menarik baik itu fiksi maupun parenting, teman-teman bisa cek di sebelah kanan, link ke akun Goodreads saya! :)

So, pernahkah kalian tiba-tiba suka genre yang berbeda?

What is your favorite book?
"It is what you read when you don't have to
that determines what you will be when you can't help it.
- Oscar Wilde

5 REKOMENDASI BUKU UNTUK IBU HAMIL

Saturday 11 April 2020

Hamil selama 9 bulan adalah waktu yang tepat untuk mempersiapkan banyak hal. Salah satunya adalah ilmu tentang hamil itu sendiri, melahirkan dan saat bayi sudah lahir. Memang ada banyak buku-buku tentang hamil dan melahirkan yang ada, nah di sini saya ingin merekomendasikan buku-buku yang menurut saya paling worth it untuk dibaca oleh para ibu hamil dengan alasan informasinya lengkap dan penyampaiannya juga bagus.

1. Bebas Takut Hamil dan Melahirkan - Yessy Aprilia

Buku ini menurut saya benar-benar mengurangi rasa takut menghadapi proses persalinan. Semua ibu baru, kecuali mungkin yang bekerja jadi dokter atau bidan, pasti benar-benar gak kebayang nanti saat persalinan itu gimana sih? Teknisnya tuh gimana? Step by step nya gimana? Apa yang harus dilakukan? Apa yang harus dipersiapkan?
Buku ini menjawab tuntas tentang persiapan dan proses persalinan
Bu Yessy @bidankita juga sangat informatif melalui Instagram dan Websitenya. Wajib baca!

Selain proses persalinan, buku ini juga mengedukasi para ibu hamil untuk memberdayakan diri! Masa mau persalinan yang lancar tapi leha-leha? Memberdayakan diri itu bagaimana? Cari ilmu, banyak olahraga, makan sehat, mencari provider yang sesuai. InsyaAllah ketika sudah memberdayakan diri, kita merasa sudah berusaha maksimal untuk mencapai persalinan yang minim trauma dan minim intervensi. Harapannya bu bidan ini jangan sampai ibu-ibu jadi takut melahirkan lagi atau pasrah mau Operasi Saecar aja, karena sebenarnya operasi caesar itu juga lebih banyak kerugiannya daripada melahirkan normal lho. Kalau mau tahu bagaimana, bisa baca bukunya yaa, di gramedia ada hehe.

2. What to Expect When You're Expecting - Heidi Murkoff

Buku ini berbahasa inggris, bisa beli di amazon, atau marketplace online, biasanya ada yang menjadi distributor buku ini. Buku ini memberikan pemahaman secara menyeluruh terhadap kehamilan. Asli, buku ini lengkap banget, a-z tentang kehamilan, persalinan dan persiapan segala macam. Buku ini lumayan tebal sih dibandingkan buku lainnya, tapi worth it banget. Bahkan menurut saya, baca buku ini saja sebenarnya sudah cukup kalo dipahami secara mendalam haha.  Meskipun memang buku ini agak sedikit berat, tapi buat teman-teman yang tidak masalah membaca buku asing, ini recommended, gak heran buku ini menjadi best seller secara global.


3. Buku Pintar ASI dan Menyusui - F. B. Monika

Jangan lupa, ibu hamil harus baca dan khatam juga tentang menyusui! Buku ini sangat informatif menurut saya dan penjelasannya juga detail dan terstruktur. Sehingga pembaca jadi bisa tahu gambaran dan kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam menyusui.

Jujur saya agak telat baca buku ini, yakni saat saya sudah mulai drama menyusui haha. Tapi, buku ini membantu sekali, untuk memahami bayi menyusui. Awal menyusui itu di kepala saya banyak sekali pertanyaan, kenapa bayi begini kalo menyusui, kenapa bayi susah sekali menyusui, kenapa bayi gumoh setelah menyusui, apa ASI saya kurang? apa bayi saya sakit? Berkat buku ini, kecemasan saya terhadap menyusui berkurang dan saya lebih percaya diri menyusui, karena buku ini menjawab semua kekhawatiran para ibu menyusui baru. Biasanya saya beli buku ini untuk kado kehamilan teman saya, karena saya tidak ingin teman-teman saya mengulang kesalahan menyusui saya (curhat wkw).

4. A-Z Perawatan Bayi Baru Lahir - Fransisca Handy

Buku ini menurut saya cocok sekali bagi ibu baru. Buku ini buku  yang paling ringan dibaca tetapi cukup informatif untuk menyambut bayi baru lahir. Dulu, selain clueless tentang proses melahirkan, saya juga clueless gimana nanti teknis ketika sang bayi sudah ada di tangan kita? Harus ngapain aja? Di buku ini dijelaskan cukup detail dan terstruktur, dari mulai persiapan melahirkan, barang apa yang perlu dipersiapkan untuk bersalin dan untuk bayi baru lahir, bahkan sampai MPASI dan ketika anak sakit nanti.

Jujur buku ini termasuk salah satu yang saya bawa ketika saya mau melahirkan, karena memang informasinya cukup mendetail jadi saya merasa aman membawa buku ini hehe.

5. Buku KIA - Kemenkes

Buku ini disebut juga buku pink, kepanjangan dari  buku Kesehatan Ibu dan Anak, yang bisa didapatkan di puskesmas atau diunduh online. Kebetulan karena saya tidak kontrol di puskesmas saya tidak pernah dapat buku ini, tapi ada kok versi online-nya.
Menurut saya ini superlengkap dan sangat relevan untuk yang tinggal di Indonesia. Ada mulai melahirkan, menyusui, mpasi sampai vaksinasi juga ada. Saya baca buku ini agak telat yaitu pas akhir trimester, padahal saya sudah download dari awal hamil, tapi lupa dibaca haha. Ternyata isinya dari A-Z juga haha, malah banyak ilustrasinya. Saya sendiri terkagum wah ternyata Indonesia punya buku yang bagus dan edukatif untuk rakyatnya yang hamil. Buku ini juga menurut saya bisa dibaca dari kalangan bawah sampai atas, karena memang menggambarkan Indonesia juga dan penjelasannya juga mudah. Nah, buat pemula, juga bisa nih download langsung dari web kemenkes, gratis pula, download di sini.

**
Nah itu saja sih rekomendasi dari saya. Ada beberapa buku lain yang saya baca juga tentang hamil menyusui dan lainnya, tapi di sini saya hanya share yang benar-benar menurut saya paling worth it, dan lengkap, dan mudah dibacanya. Bahkan seringkali saya jadikan kado untuk teman yang sedang hamil hehe (kecuali buku KIA ya hahaha). Kalau ingin lihat buku-buku lain yang pernah saya baca, bisa check akun Goodreads saya, cari di blog ini ya link nya :)

Sekarang saatnya share yang mana buku favorit teman-teman?

OH PINTARNYA ANAK KECIL

Wednesday 8 April 2020



Saya sangat amazed dengan isi otak anak bayi, khususnya setelah memasuki masa toddler. Rasanya otaknya sibuuuk sekali, aktivitas pun non stop. Contohnya, saya observasi anak saya: Bangun tidur, langsung ngajak ngobrol ibun-abah (atau sambil minta nenen), habis itu langsung excited jalan ke rak buku/mainan, ngubek-ngubek apapun, kemudian minta keluar rumah, pokoknya seger banget. Begitu pintu dapur dibuka, langsung ikut ngubek-ngubek lemari panci, ngubek-ngubek isi kulkas, entah disusun atau hanya bolak-balik keluar masuk barang. Saya aja yang dewasa ini bangun tidur harus ngulet dulu 5 menit, mikirin hidup, ngulet lagi, baru beneran hidup. Haha. Sedangkan anak itu, mondar mandir ke sana kemari, gak ada tuh waktu buat rebahan sebentar sambil nonton tv atau apapun (emangnya ibun wkw), kalau capek ya tinggal minta susu dan tidur.

Saat mulai baca-baca tentang montessori, saya jadi faham kalau anak itu fitrahnya adalah pembelajar mandiri. Mereka hidup untuk belajar, di usia balita apalagi, karena belajar adalah proses ia bertahan hidup, beradaptasi dengan dunia ini. Dengan trial and error, sensing, mirroring, itu adalah survival skill anak kecil untuk hidup. Bagaimana ia bisa hidup kalau ia tidak tahu benda apa yang ia pegang, bagaimana rasanya, apa fungsinya? Hebatnya adalah, sebenarnya mereka bisa mempelajari itu sendiri, lihat saja refleks memasukkan benda ke mulut, apa lagi kalau bukan pembelajaran untuk makan, membedakan mana makanan mana yang bukan.

Sebagai orangtua terkadang menganggap anak kecil tidak berdaya, dan tidak tahu apa-apa. Belum lagi kita menganggap kalau mereka banyak ulah dan nakal. Bayangkan setiap hari anak saya mengobrak abrik isi lemari panci, isi kulkas, memberantakan semua mainan dll. Capek? Pasti. Tapi saya berusaha membiarkannya dan  tidak memarahinya, kenapa? Karena saya tidak ingin menghilangkan fitrah desire to learn. Pada dasarnya, anak kecil mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya, mempelajari lingkungannya. Itulah mengapa dalam montessori, prepared environment itu penting.

Salah satu yang saya pelajari dari inspirasi lingkungan montessori adalah, more "Yes" and less "No". Kalau saya tidak ingin anak saya mengobrak-abrik isi lemari, saya pasang kunci saja di pintu lemari. Kalau saya tidak ingin anak saya menjatuhkan isi meja, kosongkan saja permukaan meja, atau taruh benda ke tempat yang sulit dicapai anak. Yang penting, saya menghindari apapun yang bisa membuat saya berkata "No!" kepada anak saya. Sebagai pemilik rumah orang dewasa, saya jadi mengalah, biarlah rumah tidak penuh pernak pernik dan hiasan di meja, biarlah perabot dihiasi dengan kunci-kunci pengaman, agar isinya tidak dimainkan anak, dan yang penting saya bisa meminimalisir bilang "No", agar anak tetap menjadi pembelajar yang percaya diri sesuai fitrahnya.


The goal of early childhood education should be to activate the child's own natural desire to learn.Maria Montessori
Saya jauh dari perfect (memang ada orangtua yang perfect?). Sering juga saya merasa bersalah ketika saya refleks "Hey, No!" dengan nada yang sedikit keras (karena saya kaget), pada saat anak saya mengambil sesuatu yang tidak saya inginkan. Kadang dia melonjak kaget, atau lari, bahkan kadang nangis karena kaget (nangisnya tapi meluk saya juga dong padahal kan yang marahin, sedih akutu..). 
Nah kemudian di kesempatan lain, ketika saya tau anak saya mau mencoba lagi benda yang saya larang, dia melakukannya diam-diam dan ngumpet-ngumpet. Saya coba tegur lembut, tapi ternyata dia tetap punya refleks kaget (ya kayak orang ke-gep gitu deh). Saat itu saya langsung tertegun, yaampun, ucapan dan nada tinggi satu kali saja bisa bikin sekaget itu ya, dan mungkin traumatis sehingga untuk selanjutnya jadi harus diam-diam mencoba, karena mungkin takut dimarahi. 

Ternyata anak begitu cepat menyerap segalanya, bahkan reaksi orang lain. Meskipun kita seberusaha apapun untuk meng-influence hal baik kepada anak kita, tapi saat kita salah bereaksi, dia bisa merubah cara pandangnya dan cara bereaksinya juga. Oh, pintarnya anak kecil.

But, don't feel guilty, we make mistakes sometimes. 
Siapa yang berhenti belajar setelah jadi orangtua? Gak ada. Because we are still learning everyday, sadar atau tidak sadar. Memang butuh kesabaran sebesar lautan untuk mendidik anak, tapi sebenarnya orangtua lah yang terdidik, dengan kepintaran anak. (ngerti kagak penonton? wkwkwk)

NB: Tulisan ini dibuat setelah seharian mengeluh karena kunci-kunci pengaman perabot sudah tidak menempel dan isi lemari berantakan, serta si bayi telah memecahkan telur yang dia ambil dari kulkas. :D

Inspiration:
Bu Damar Wijayanti @damarwijayanti

IMUNISASI ANAK DI MANA? - coba vaksin di posyandu sampai RS

Tuesday 7 April 2020



Hal yang pasti para new mom pikirkan ketika baru melahirkan adalah, mau vaksinasi anak di mana ya? Gak cuma itu, dulu saya blank banget soal vaksinasi, vasksinasi ada apa saja? merk apa? harganya berapa? jadwalnya kapan saja?
Waktu pertama kali BabyA jadwal vaksin saya nervous banget. Takut vaksinnya palsu, takut babyA kesakitan, takut demam, takut ada efek samping jangka panjang. Bahkan sempet kepikiran buat antivaksin (brb dihujat masyarakat). Pokoknya research nya lama, semua tempat vaksin saya telponin dulu dan dibandingkan harganya. Akhirnya saya memutuskan mencoba ke beberapa tempat yang menyediakan vaksin (buat anak kok coba-coba, hehe), tidak semua sih, tapi saya jadi cukup paham dimana dan bagaimana imunisasi di berbagai tempat yang menyediakan vaksin.

Posyandu

Negara Indonesia sudah memberikan fasilitas vaksinasi gratis di posyandu, untuk vaksin wajib. Saya  pernah kerja dalam proyek di UNDP tentang distribusi vaksinasi. Yang saya tahu, justru vaksin di tingkat posyandu atau puskesmas itu yang terjaga keaslian vaksinnya. Iya, soalnya benar-benar di data oleh pemerintah cold chain-nya sampai ke tingkat posyandu. Gratis pula, mana ada vaksin palsu yang gratis, ga ada untungnya dong buat si pembikin vaksin palsu hehe.

Meskipun saya cukup bulat tekad untuk memvaksinasi di posyandu, sebenarnya saya belum pernah vaksin baby A di posyandu, karena, di Posyandu RW tempat tinggal saya justru tidak ada layanan vaksin. Nah ini juga salah satu kelemahannya sih, tidak semua posyandu memiliki vaksin. Tapi salah satu teman saya cerita, dia selalu memvaksinasi anaknya di posyandu, di Depok. Dan itu gratis-tis tis untuk  semua vaksin wajib. Lumayan yaa hemat bangeeet hehe.

Ohya, awalnya saya pusing banget apa sih beda posyandu dan puskesmas. Jadi posyandu itu literally pos, cuma ada satu bulan sekali, untuk menjangkau masyarakat se-RW. Kalau posyandu dekat rumah saya itu biasanya diadakan di masjid setempat atau gazebo taman kompleks. Cara biar bisa ke posyandu adalah, tanya bapak/ibu RT setempat, tanya kapan diadakan Posyandu, siapa kadernya di RT/RW tersebut, kalau bisa minta no. HP nya, nah setelah itu tanya setiap kapan Posyandu diadakan, kalau perlu minta agar diinfokan setiap kali akan diadakan. Apabila punya bayi, penting mendata ke RT atau kader posyandu agar dapat undangan (kalau di saya begitu), setiap kali Posyandu akan diadakan. Biasanya di hari jumat minggu ke-2. Ohya di posyandu selain vaksin juga ada pemberian vitamin A dan obat cacing, serta pengukuran bayi setiap bulan. G-R-A-T-I-S. Jadi, ayo rutin ke posyandu! *jadi iklan

Puskesmas

Sayangnya, saya juga belum pernah vaksin di puskesmas, karena alasan pribadi sih, bersangkutan dengan pelayanan puskesmas di dekat rumah saya hehe. Kalo di Posyandu itu pelayanannya memang lebih ramah, dan sepi karena kan cuma se RW aja, nah kalau di Puskesmas itu ngantrinya jg lumayan ya, soalnya kan sekelurahan, dan waktu itu baby masih kecil banget, jadi saya mengurungkan niat untuk ke Puskesmas.
Namun saya pernah tanya ke puskesmas, kalau di puskesmas itu juga sama dengan posyandu, yakni ada vaksin gratis untuk yang wajib, hanya membayar biaya administrasi aja, sepertinya 10.000-15.000. Pokoknya murah. Intinya cuma ada biaya administrasi saja dibandingkan dengan di posyandu. Nah, jika di posyandunya tidak ada vaksinasi, bisa dicoba datang ke Puskesmas terdekatnya, hopefully pelayanannya bagus, hehe.

Rumah Vaksin by dokter Piprim

Nah, saya pernah, dan suka vaksin di Rumah Vaksin, kebetulan di Bandung ada Rumah Vaksin di Pasteur. Menariknya, di RV ini biaya vaksinnya ada yang lebih murah dan juga tidak ada biaya jasa dokter, dan juga di sana bisa konsultasi tumbuh kembang anak dengan dokter umum.
Tempatnya menurut saya enak, ada mainan di ruang tunggunya. Pelayanannya juga bagus menurut saya, dan kadang malah mereka punya vaksin lebih lengkap dari di tempat lain. Misalnya waktu itu babyA mau suntik PCV pakai prevenar13, di mana-mana gak ada bahkan di Bio Farma lagi gak ada, nah luckily di Rumah Vaksin ini ada. Jadi, untuk yang mencari vaksin yang gak ada di rumah sakit misalnya, bisa coba telepon di Rumah Vaksin untuk ketersediaannya, sebagai alternatif.

Bio Farma (Bandung only ?)

Untuk yang tinggal di Bandung, beruntunglah karena Bio Farma punya bagian Immunicare yang khsusus melayani vaksinasi. Di sini sama seperti di Rumah Vaksin, yaitu tidak ada biaya jasa dokter, jadi hanya bayar untuk vaksinnya saja.
Di sini juga bisa mengukur BB, TB dan LK anak. Bedanya, di sini tidak ada dokter yang bisa berkonsultasi soal tumbuh kembang anak, jadi just shot and go . Harga vaksin sebenarnya sama atau beda tipis dengan di Rumah Vaksin. Ada yang lebih murah dan juga ada yang lebih mahal. Jadi saya biasanya telepon dulu biayanya masing-masing berapa, biar saya bisa memutuskan untuk ke tempat yang lebih murah (hehehehe).

Rumah Sakit

Pertama kali baby A vaksin itu di Rumah Sakit, karena sekaligus konsultasi tumbuh kembang dengan dokter. Di rumah sakit ini tentu pelayanannya jauh lebih ok ya. Apalagi kalau rumah sakit swasta. Tapi, jatuhnya lebih mahal, karena ada biaya dokter, admin, dan juga harga vaksin yang lebih mahal dibandingkan di Bio Farma/ RV. Biasanya sih saya vaksin di RS kalau misalnya memang saya ingin sekalian konsultasi rutin saja dan kebetulan bertepatan dengan jadwal vaksin, jadi biaya jasa dokternya ga sia-sia, bisa cuma buat tanya-tanya juga hehe.

*
Nah jadi menurut saya, enaknya vaksin di mana? Kalau saya nanti punya baby lagi, kalau untuk vaksin wajib, enaknya ambil fasilitas vaksin gratis di Posyandu atau Puskesmas. Karena itu hak semua bayi lho, bukan untuk yang kurang mampu saja, kan namanya program pemerintah.
Nah untuk vaksin tambahan yang tidak wajib, bisa di Rumah Vaksin atau Bio Farma agar lebih murah (bisa juga vaksin untuk orang dewasa seperti flu/meningitis untuk umroh). Lumayan sih kalau di Bio Farma atau RV, bisa hemat 400-500rb-an dari total keseluruhan dibandingkan vaksin di RS.
Tapi, kalau misalnya sedang ada keluhan, atau ingin sekalian check up ke dokter, lebih enak kalau sekalian vaksin di RS. Itu pendapatku, hehe feel free to share your experience! 
© Catatan Ibun | Parenting and Mindful Living • Theme by Maira G.