SLIDER

Jika Aku Memimpin Negeri Ini, Anak SD Sudah Melek Perubahan Iklim

Monday 30 November 2020


Pertama kali saya mengenal istilah perubahan iklim adalah saat saya duduk di Bangku SMA. Waktu itu, membahas perubahan iklim menjadi tugas speaking bahasa inggris untuk ujian akhir sekolah. Jujur, saat itu sepertinya baru pertama kalinya saya memahami mengenai perubahan iklim, efek rumah kaca, pemanasan global, dan lain-lain. Hanya sesaat dan hanya untuk kepentingan tugas, saya mulai menyadari bahaya-bahaya dari perubahan iklim. Kemana saja saya? Mungkin saja hal ini sudah pernah dibahas dari saya SMP atau mungkin SD, tapi tidak menempel di otak saya? Atau, karena tidak pernah menjadi bahan pembicaraan dengan teman-teman? Atau memang tidak diajari?

Sudah hampir 10 tahun berlalu, ternyata masalah perubahan iklim ini masih ada. Jadi, mengapa perubahan iklim tidak membaik? Siapa sebenarnya yang bertanggung jawab menangani perubahan iklim? Apakah peran saya untuk menghentikan perubahan iklim di Indonesia? Apakah selama ini saya salah karena diam saja?

Sebelumnya, kita berkenalan dulu dengan perubahan iklim. 

Perubahan iklim adalah perubahan jangkan panjang dalam distribusi pola cuaca secara statistik sepanjang periode waktu mulai dasawarsa hingga jutaan tahun. (sumber: wikipedia)

Apa bedanya perubahan iklim dan pemanasan global? 

Menurut buku Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim di Indonesia karya Edvin Aldrian, Mimin Karmini, dan Budiman (mengutip dari idntimes.com), perubahan iklim adalah pola dan intensitas unsur iklim yang berubah pada kurun waktu yang bisa dibandingkan--rata-rata 30 tahun. Sedangkan perubahan iklim adalah perubahan pada cuaca rata-rata. Contohnya adalah seperti pola musim yang berubah, meluasnya daerah rawan kekeringan. Bisa dibilang global warming atau pemanasan global lah yang menyebabkna perubahan iklim. Bagaimana tidak, jika bumi terus-terusan bertambah panas, ekosistem darat dan laut akan berubah, proses hujan, fotosintesis akan berubah pula dan menyebabkan perubahan iklim.

Apa saja dampak yang disebabkan oleh perubahan iklim?

Coba perhatikan, semakin ke sini, musim hujan semakin lama datang. Menurut LIPI, di Indonesia musim kemarau terjadi semakin panjang, kekeringan pun semakin luas terjadi. Hal ini diakibatkan oleh perubahan iklim tersebut. Perubahan iklim yang membuat bumi menjadi semakin panas membuat menurunnnya kuantitas dan kualitas air bersih. Kekurangan air dan kekeringan ini juga menyebabkan menyempitnya lahan agrikultur, sehingga produksi pangan menurun.

Perubahan iklim juga menyebabkan meningkatnya ketinggian air laut, yang menyebabkan semakin sempitnya daratan. Hal ini disebabkan karena gletser es di kutub utara dan selatan yang semakin meleleh setiap tahunnnya menambah volume air di lautan. Selain itu, akibat semakin berkurangnya volume air di tanah daratan, hal ini juga semakin membuat permukaan daratan semakin rendah dibandingkan dengan laut. Adapun peningkatan ketinggian air laut berbahaya bagi ekosistem baik manusia maupun ekosistem laut. Menurut National Geographic, kenaikan tinggi air menyebabkan banjir, erosi, pencemaran tanah, rusaknya habitat laut, burung dan tumbuhan.

Selain itu, perubahan iklim juga berdampak buruk bagi makhluk hidup, termasuk manusia! Perubahan iklim membuat binatang beradaptasi dengan suhu yang semakin ekstrim. Tak hanya di daratan, di laut pun begitu, contohnya terumbu karang. Meningkatnya suhu bumi membuat suhu lautan ikut naik, dan membuat fenomena yang dinamakan pemutihan karang (coral bleaching). Padahal jika coral punah, ikan-ikan pun tidak dapat bertahan hidup karena coral merupakan tempat fotosintesis makanan. 

Manusia juga kena dampaknya, lho! Menurut WHO, menurunnya tingkat kesehatan manusia disebabkan oleh sumber air bersih yang semakin berkurang, kurangnya kualitas nutrisi dari penurunan kuantitas dan kualitas makanan di beberapa daerah. Selain itu, perubahan iklim juga menyebabkan gangguan jantung dan pernafasan yang diakibatkan oleh cuaca ekstrim. Belum lagi, perubahan iklim menyebabkan meningkatnya bencana alam, seperti longsor dan banjir, serta kekeringan.

Mengetahui dampak-dampak mengerikan itu, saya menjadi merasa bersalah apabila saya tidak bertindak. Iklim akan semakin berubah buruk. Apa iya satu individu seperti saya bisa membawa perubahan? Saya mulai mempelajari lebih lanjut mengenai perubahan iklim, dan apa saja yang menyebabkannya serta apa yang bisa kita lakukan. Saya mencoba mulai menerapkan hidup minim sampah karena saya mengetahui dampak sampah terhadap bumi ini.

Tapi, ternyata perubahan satu individu seperti saya masih dirasa kurang, saya mulai mengajak teman-teman untuk ikut berpartisipasi dalam menyelamatkan lingkungan. Tapi tetap saja masih merasa kurang. Meskipun sepertinya gerakan para aktivis lingkungan sudah mulai gencar dan booming 3 tahun ke belakang, tetapi masih banyak hal yang sulit dilakukan untuk mencapai target menghentikan pemanasan global dan perubahan iklim. Lantas siapa yang bisa berperan lebih besar lagi untuk menghentikan perubahan iklim di Indonesia? 

Ternyata, besar sekali peran pemimpin dalam negeri dalam mengatasi perubahan iklim suatu negara, yang bahkan dapat berdampak secara global. Karena pemimpin memegang kebijakan besar dan penting yang ternyata dampaknya sangat terasa untuk lingkungan. Sayangnya, khususnya di Indonesia sendiri, masalah terkait iklim dan lingkungan sangat minim pembahasan dan jarang menjadi prioritas. Seringkali kalau tidak bahas ekonomi lagi, ya kesehatan, atau ekonomi terus ya? hehe

Padahal, tidak ada ekonomi yang maju jika bumi dan sumber dayanya tidak terjaga, seperti kualiatas dan kuantitas produksi pangan di Indonesia semakin menurun akibat perubahan iklim. Tidak ada perbaikan kesehatan masyarakat jika banyak bencana alam, polusi, masalah sampah dimana-mana, sungai yang tercemar, dan infeksi yang disebabkan oleh perubahan iklim. 

 Seandainya saya menjadi pemimpin, apa yang bisa saya lakukan untuk Indonesia?

Apa peran generasi muda seperti saya untuk bisa memperbaiki perubahan iklim yang semakin memburuk? Andai saya jadi pemimpin negeri ini, berikut ini hal-hal yang akan saya lakukan demi Indonesia dengan iklim yang lebih baik.

1. Menangani Masalah Sampah dengan Serius

(sumber gambar: Suara Jabar)

Indonesia adalah negara penyumbang sampah plastik terbanyak ke-2 sedunia. Selain itu, Indonesia memiliki Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPA) terbesar di dunia, yakni Bantar Gebang. Hal-hal itu bukanlah sebuah prestasi yang baik. Tandanya, Indonesia memproduksi sampah yang sangat banyak dan tidak mampu mengolahnya. Pengelolaan sampah di Indonesia belum terstruktur dan teknologinya jauh tertinggal dibandingkan negara lain bahkan di Asia. Jangankan memilah sampah, membuang sampah pada tempatnya saja belum menjadi budaya dan keharusan di Indonesia. 

Padahal, sampah menyumbang peningkatan perubahan iklim di Indonesia. Mengapa begitu? Sampah yang tidak terolah dan menumpuk di TPA, apalagi sampah tercampur-campur baik sampah organik dan anorganik, menyababnya keluarnya gas metana yang menyebabkan efek rumah kaca dan pemanasan global (Jakarta.com). 

Apa peran generasi muda sebagai pemimpin untuk bisa mengatasi masalah tersebut? Tentu saja membuat sistem pengelolaan sampah yang baik. Selama hidup saya di Indonesia, tidak pernah ada peningkatan pengelolaan sampah yang signifikan. Kita terus saja membuang sampah setiap hari dengan kantong plastik, menyetor ke tukang sampah, dan tukang sampah mengantarkannya ke TPA. Meski rumah kita terlihat bersih, tapi kita hanya memindahkan sampah kita saja, bukan benar-benar membuangnya. Padahal, hal ini hanya menumpuk masalah yakni di TPA. Bahkan pernah kejadian TPA Leuwi Gajah, Bandung meledak dan memakan korban jiwa. Lihat? Sampah kita bisa membunuh orang lain.

Kabar sedihnya, ternyata Indonesia menerima impor sampah dari negara-negara maju yang katanya "bersih" itu. Padahal Indonesia sendiri memiliki banyak sampah yang belum terolah dengan baik dan TPA nya semakin penuh. Entah untuk latar belakang politik apa, tetapi, seharusnya Indonesia mengutamakan pengolahan sampah di negerinya sendiri.

Ah, andai saya menjadi pemimpin negeri ini.

2. Melindungi Hutan Dengan Memberantas Korupsi

(sumber gambar: golonganhutan.id)

Indonesia disebut sebagai salah satu paru-paru dunia karena memiliki hutan yang luas, tapi sayangnya, sekarang sudah bukan begitu. Hutan-hutan di pulau pulau besar Indonesia sudah mulai “botak” karena pembangunan. Masalahnya, hal ini bukan semata-mata untuk kepentingan masyarakat, tapi untuk kepentingan dan keuntungan segelintir orang-orang "penting" yang merasa memiliki kekuasaan atas semua sumber daya alam di Indonesia.

Padahal, hutan merupakan ekosistem yang sangat berpengaruh terhadap stabilitas iklim negara, bahkan dunia. Semua orang pasti tahu, hutan menjadi sumber oksigen utama dan penyerap polusi udara. Sayangnya kecintaan manusia terhadap hutan tidak sebesar kecintaan terhadap uang. Hutan di Indonesia telah banyak di eksploitasi menjadi industri. Sayangnya industri yang dilakukan merupakan industri kotor dan tidak ramah lingkungan. Selain itu, mirisnya banyak terjadinya kasus korupsi sumber daya alam yang mengorbankan sebagian besar hutan di Indonesia.


(sumber gambar: golongan hutan.id)

Tingginya status dan jabatan pemimpin negeri ini membuat keserakahan semakin besar. Korupsi yang telah turun temurun terjadi ini tidak akan membuat kondisi lingkungan Indonesia semakin baik, bahkan semakin buruk. Padahal tanpa adanya hutan, apa bisa manusia menghirup oksigen yang bersih? Hutan di Indonesia dan oksigen yang dihasilkannya, satwa yang dinaunginya adalah hak milik seluruh rakyat Indonesia, bukan hanya pejabat dan pemegang kepentingan. Korupsi harus segera diberantaskan!

Ah, andai saya jadi pemimpin Indonesia.

2. Menanamkan Aksi Cinta Lingkungan ke dalam Sistem Pendidikan Sejak Dini

(sumber gambar: P2KH)

Di beberapa sekolah di Indonesia mungkin ada pelajaran mengenai lingkungan hidup. Contohnya, dulu di Jakarta ada pelajaran yang namanya PLKJ, Pendidikan Lingkungan Kehidupan Jakarta. Saya kurang tahu di daerah lain, namun kata suami saya yang selama ini sekolah di Bandung, tidak ada pelajaran tentang lingkungan hidup. Walaupun ada, tapi memang kebanyakan semua itu hanya sebatas teori, jarang sekali ada praktek untuk benar-benar beraksi menyelamatkan lingkungan. Kecintaan terhadap lingkungan hanya sebatas pelajaran, atau bahkan hanya ajang perlombaan. Apakah guru-guru di Indonesia sendiri cinta lingkungan atau mencontohkan aksi cinta lingkungan? 

Lihat lingkungan sekolah. Berapa banyak sekolah yang melakukan pemilahan sampah di sekolah? Berapa banyak sekolah yang menyediakan air galon untuk isi ulang sehingga warga sekolah tidak perlu membeli botol plastik? Saya sendiri tidak mengalami sekolah yang seperti itu meski saya selalu sekolah di sekolah negeri favorit di Jakarta dulu.

Andai saja, sejak SD, sebagai tingkat awal wajib belajar sekolah, anak-anak diberi pemahaman pentingnya memilah sampah, dan bukan hanya sekedar teori, tapi praktik sehari-hari di sekolah. Pasti mereka lebih terbiasa mengolah sampah rumah tangga mereka kelak mereka besar nanti. Andai saja, sejak SD anak-anak lebih banyak diberi kesempatan menjelajahi alam, tidak hanya saat studi wisata, tapi sebagai bagian dari kegiatan yang rutin, tidak perlu jauh, misal mengurus kebun dan pohon-pohon di sekolah, cukup mendekatkan anak-anak agar "kenal tanah" dan berani memegang tanaman untuk menumbuhkan rasa cinta pada lingkungan hidup. Dengan begitu, mereka pun tumbuh dewasa mencintai lingkungan dan bisa mengajarkan anak-anak mereka kelak sedari kecil di rumah.

Dengan seperti itu, bahkan anak-anak kecil seusia SD pun sudah mencintai lingkungan dan paham mengenai pentingnya menghentikan perubahan iklim. Sehingga sejak kecil mereka bisa mempersiapkan untuk menjadi pemimpin yang peduli dan memperioritaskan lingkungan. Coba lihat saja Gretha Thunberg, aktivis lingkungan asal Swedia yang mulai melakukan protes mogok sekolah demi isu lingkungan sejak usia 15 tahun. Andai anak-anak seperti dia yang menjadi pemimpin negeri ini, bayangkan jika sejak kecil anak-anak sudah ditanamkan pemahaman terkait krisis perubahan iklim dan kecintaan terhadap lingkungan, mereka bisa menjadi the next Gretha Thunberg yang bisa membawa perubahan di Indonesia.

Ah, andai saya memimpin negeri ini.

Sudahlah, stop berandai-andai! Banyak sekali hal yang bisa kita lakukan sebagai individu, sekarang juga!

Peran Generasi Muda dalam menangani Perubahan Iklim Indonesia.

Siapa lagi kalau bukan generasi muda yang bisa melakukan perubahan. Jangan menyepelekan satu aksi dan satu suara seorang individu dalam menyelamatkan lingkungan, meski itu anak kecil hingga lansia. Jika teman-teman sebagai generasi muda mulai tergerak hatinya untuk mulai menyelamatkan perubahan iklim, tidak terlambat untuk memulai sekarang! Ini beberapa hal yang bisa teman-teman lakukan untuk menghentikan pemanasan global dan perubahan iklim.

1. Menerapkan gaya hidup minim sampah

Seperti yang tadi dijelaskan, sampah termasuk penyumbang pemanasan global dan perubahan iklim yang cukup besar. Sebagai individu, kita bisa kok melakukan perubahan. Mulai dari melakukan gaya hidup minim bahkan nol sampah. Tujuannya adalah agar sampah bisa dikelola dengan baik dan tidak menumpuk di TPA dan menjadi penyumbang pemanasan global.

2. Menanam, menyelamatkan dan berdonasi pohon

Pohon adalah sumber kehidupan. Tanamlah minimal satu pohon di rumah, atau di lingkungan sekolah, kantor dan lainnya sebagai penyumbang kehidupan yang berupa oksigen. Jika tidak, teman-teman bisa berdonasi pohon melalui situs-situs donasi pohon. Teman-teman juga bisa membantu menyuarakan dan menyelamatkan hutan Indonesia dengan mendukung, menandatangani petisi dan menambah informasi melalui Golongan Hutan.

3. Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor

Polusi juga menyebabkan pemanasan global tentunya. Untuk teman-teman yang seringkali menggunakan kendaraan pribadi hanya untuk sendiri, lebih baik mulai beralih ke transportasi umum! Bahkan di masa pandemi ini mulai yang kembali menggunakan sepeda atau jalan kaki, selain lebih sehat, juga sangat berkontribusi dalam mengurangi polusi. Paling tidak untuk tujuan yang dekat-dekat seperti supermarket, rumah dalam satu daerah, coba biasakan untuk tidak memprioritaskan kendaraan bermotor sebagai alat transportasinya.

4. Kurangi penggunaan listrik

Sumber listrik yang digunakan di Indonesia hampir semua masih menggunakan pembakaran batu bara. Pembakaran itu sendiri sangat besar andilnya dalam meningkatkan pemanasan global. Miris ya, padahal Indonesia merupakan negara khatulistiwa dengan "banjir" matahari sepanjang hari, dan sangat memudahkan untuk menggunakan panel surya sebagai tenaga listrik. Karena itu, teman-teman bisa mengurangi penggunaan listriknya sehari-hari, seperti mematikan lampu, kabel dan alat elektronik yang tidak terpakai, mengurangi penggunaan AC, dan sebagainya.

5. Suarakan!

Generasi muda sekarang yang sangat melek teknologi dan media sosial punya suara emas di dunia maya! Jangan ragu untuk menyuarakan pendapatnya dan menyebarkan edukasi mengenai isu lingkungan dan perubahan iklim di Indonesia. Your voice matters!

(sumber gambar: pinterest.com)

Untuk @bloggerperempuan @golonganhutan
#Kabarhutanku #GolonganHutan #GolHutXBPN #BlogCompetitionSeries

Penulis: Syakira Rahma

www.catatanibun.com

MILESTONE BABY A 22 BULAN

Tuesday 24 November 2020


1. Mengutak atik lirik lagu

Mentang-mentang ini anak udah bisa nyanyi, sekarang nyanyinya bukan lirik lagunya, tapi diganti-ganti. Misalnya nyanyi nada lagu Bintang Kecil, tapi liriknya jadi “biba bibii”. Atau malah diganti jadi “Bintang besar..”. Bahkan pernah jadi “bintang emon...” hahahaha. Panjang ceritanya, saya pernah share di story instagram.
Ya gitu, sotoy banget ya. Nah, tapi ada minusnya juga. Entah kenapa di fase ini afka lagi suka “Potty Talk”. Jadi lirik lagunya juga suka diganti-ganti jadi “pipis” dan “e*k”. Padahal gak ada yang ngajarin lho. Haduu haduu, apakah ini tanda harus segera potty train Afka? Hahaha kapan siapnya sih buun, buun.
Ohiya, kalau menurut Baby Center, kalau sedang potty talk, hal yang dilakukan adalah pasang poker face! Alias ga usah direspon. Selain itu juga tinggal dibetulkan saja kata yang diplesetkannya. Misal Afka suka nyanyi “Memandang alam dari atas...pipiss” (LOL tepok jidat gak tuh). Nah kalo gitu jangan di respon, trus langsung bilang “di atas bukit.” Kalau direspon “eeeh” atau “hayooo” atau ketawa atau marah, dia malah makin menjadi-jadi. Dia kayak iseng aja gitu sepertinya. Trus selain itu, dinasihatin juga tp terakhir, kalau ngomong yang itu bukan pas nyanyi.

2. Bisa ngomong ‘kok’

“Gak basah kok”
“Ga pipis kok”
Kayaknya hal ini dimulai dari abah. Jadi abah itu kalau cium afka suka kecup basah gitu loooh dan dia ga suka banget, suka di lap pipinya hahaha. Nah abah kadang suka nego minta cium Afka trus bilang "kali ini engga basah kok ciumnya". Terus sejak itu Afka kayaknya jadi bisa bilang "kok". Hahaha. Kocak kayak bisa nego gitu ya.

3. Menikmati dan Menyukai Acara Kartun di TV

Disclaimer dulu: sebisa mungkin jangan ditiru yaa. Tolong dibaca dulu penjelasan di bawah ini pro kontranya hehe.

Afka itu dari bayi hampir gak pernah saya kasih nonton gadget. Even yang musik-musik, meksipun musik, cuma disetelin aja bukan yang dia pegang sendiri dan ditonton. Pernah sih pernah, tp gak lama dan cuma beberapa kali selama bayi. Dia paling sering liat video dia sendiri yang saya rekam. Tentu sambil saya dampingi dan jelaskan kalau apa yang afka lakukan di video itu.
Pernah disetelin TV juga dia gak tertarik, lebih suka main. Pernah sih sekali terpaku ke tv, tapi dia gak ngerti dan dimatiin juga dia gak nangis. Gak pernah lama, misal cuma kalo aku pingin pup atau ngerjain kerjaan rumah sebentar, dan itu gak setiap hari, benar-benar sekali2 aja. I'm not a perfect mom yang mampu istiqomah zero gadget sama sekali hueuhehe.

Meski begitu bersyukur banget afka masih  lumayan cepat bicara, sepertinya alhamdulillah dia gak speech delay. Usia 16 bulan sudah banyak kosa kata. Usia 18 bulan, saya mulai rada merasa lebih santai kasih tv dan gadget, karena masa pandemi juga dan afka gampang banget bosan. Kenapa santai? krn afka udh bisa ngomong. Jangan ditiru ya guys, gadget tetap punya efek jangka panjang jika dipakai berlebihan. Ada anjuran yang bilang no gadget sampai 2 tahun, tapi ada versi yang bilang 18 bulan-2 tahun gak lebih dari 15 menit. (ya meski afka pernah lebih dari 15 menit) saya penganut yang itu, dengan catatan (buat  pribadi), anaknya perkembangan bahasanya gak delay. 

Nah, mulai sekitar 21 bulan, afka aku cobain ke TV lagi. Eh ternyata dia anteng, dan bisa memahami cerita-cerita yang ada di TV. Dia tau acara yang dia suka dan tidak suka. Sempat dia minta ulang-ulang acara yang dia suka (kayak video kalau di HP), tapi kan susah ya meskipun di tv kabel bisa di ulang tapi gak bisa request gitu lho haha. Sebenarnya menarik sekali melihat interaksi anak dengan TV, misal Afka suka joget dan ikutan nyanyi (jadi happy gitu), dan banyak banget yang dia pelajari dari TV juga, kayak kan saya belum pernah mengajari bahasa inggris, trus dia jadi bisa ngomong dikit-dikit bahasa inggris karena acara TV nya kan b.ing semua.

Tapi yaaa efeknya juag dahsyat buibuuu... tantrumnya itu lho, salah satu faktor yang bikin di usia ini dia terparah tantrumnya. Jadi kelihatan jelas banget efek nagih dari TV, Afka jadi nyari remot terus dan harus saya sembunyikan, huhu sedih. Tetap harus tunggu waktu yang tepat deh untuk nonton TV. Kalau saya ibarat mau pilih dua pilihan aja, mau mengorbankan edukasi dari tv (yang sebenarnya bisa diganti dengan edukasi offline), atau perkembangan emosi anak. 

Ohiya, nonton TV nya ini saya dampingi juga kok. Menurut saya hal ini penting, meninggalkan anak nonton TV buat ngerjain kerjaan bentar sih ga maslah, tapi mostly selalu dampingi, jelaskan, ikuti dunia anak, cerita-cerita tentang apa TV nya orangtua harus tau. Sejauh ini Afka cuma nonton BabyTV, saya coba channel kartun lain dia gak terlalu suka. Nah, saya tau dan hafal tuh semua program di BabyTV, dan saya bisa dongengin balik kalau afka minta pas tidur. Jadi waktu saya tobat alias stop TV nya, saya bisa dongengin aja cerita-cerita dan lagu-lagu yang di TV hehe.

4. Bisa ngomong dengan huruf L

Menyambung poin sebelumnya, jadi karena nonton TV, dia tau ada acara di babyTV namanya Little Lola. Lagunya ya gitu2 aja Little Lola, Little Lola! Trus Afka suka ikutin, trus ternyata dia bisa ngomong huruf L! Dia bilangnya "Yitel Lola". L nya agak maksa sebenarnya, bukan maksa sih tapi berusaha. Jadi lucu banget haha. Selain itu kemudian dia bisa ngomong L di "malam" sama "lalat". Kalo lagi inget aja sebenarnya sih, kalau ngomongnya lagi buru-buru, dia juga tetep gak pakai huruf L. Hehe but good job baby!

5. Bisa naik perosotan dengan benar

Saya sempat ketemuan dengan teman dari Jakarta di Treehouse Bandung. Di sana ada perosotan dan Afka senang banget main. Maklum selama pandemi, itu pertama kali kita keluar rumah (alhamdulillah ga apa-apa karena di Treehouse lumayan outdoor dan sirkulasi udara bagus, lumayan sepi juga).
Nah pulang dari situ saya jadi ingin sewa perosotan mainan untuk di rumah. Saya sudah biasa sewa menyewa barang bayi, mulai dari car seat sampai mainan, biasanya untuk hal-hal yang makan tempat tapi dipakainya juga sebentar hehe. Akhirnya saya sewa perosotan, dan Afka suka banget! Selama ini dia kalau  main prosotan, badannya masih jatoh kebelakang, terjengkang gitu dan harus dipegangin terus. Nah sejak disewakan prosotan, dia jadi tau kalau badannya harus condong ke depan saat merosot agar tidak terjengkang ke belakang.
Apakah itu lifeskill? HAHAHA gapapa gak penting, yang penting ibun senang dan gak terlalu deg-degan lagi kalau nemenin A main perosotan.


MAU GANTI GADGET? COBA LAKUKAN HAL INI DULU

Saturday 21 November 2020


Baru-baru ini saya merasa ingin ganti gadget. Jadi, ceritanya saya punya sebuah tablet yang sudah 4 tahun lamanya. Tadinya ingin saya jual lalu beli gadget baru untuk baca buku, atau upgrade ke versi tabletnya yang lebih terbaru, maklum saya belinya pun secondhand (bekas) dan bukan tipe terbaru di masanya hehe. Tapi saya sendiri bukan tipe orang yang ringan mengeluarkan uang untuk barang tersier, namanya ibu-ibu ya banyak pertimbangan :P

Lalu jadilah saya mulai menganalisis apakah saya benar-benar butuh gadget baru? Saya mulai lihat dari fungsinya, apakah fungsinya masih bisa memenuhi kebutuhan saya? Apakah terdapat kerusakan?
Ternyata, gadget saya masih berfungsi dengan sangat baik. Awalnya saya merasa baterainya sudah mulai tidak kuat. Tapi, setelah saya ganti beli charger baru, performanya sudah ok lagi. Ternyata saya hanya bosan, sebagian besar karena tampilannya. Pada akhirnya saya mulai utak-atik lagi gadget saya sehingga saya berubah pikiran untuk tidak jadi membeli gadget baru. Hehe. Bagaimana caranya?

Ini beberapa hal yang saya lakukan sehingga berubah pikiran dari membeli gadget baru.

1. Membersihkan Body Gadget

Setelah dipikir-pikir, meskipun saya cukup rutin bersihkan gadget, tapi saya tidak benar-benar deep clean alias membersihkan secara menyeluruh. Biasanya cuma lap-lap aja depan belakang. Nah, kali ini saya benar-benar buka casing alias pelindungnya, hilangkan noda-noda membandel, dan hilangkan semua jejak minyak. Cukup pake lap atau tisu basah aja kok! Setelah itu cepat-cepat keringkan dengan lap kering atau tisu kering. Squicky clean! As good as new. Jika teman-teman menggunakan casing silikon, teman-teman juga bisa mencucinya dengan baking soda dan menggosoknya supaya yang tadinya menguning jadi kinclong lagi. Hal ini juga berlaku untuk HP, komputer dan laptop ya! Coba mulai bersihkan debu-debu dan minyak membandel, bersihkan sela-sela keyboard dengan brush bekas, kemudian di lap dan dikeringkan. Pasti jadi lebih nyaman melihatnya :)

2. Ganti/ Lepas Aksesoris (Casing, Screen Protector, dll)

Ada kemungkinan juga saya sebenarnya bosan dengan casing gadgetnya. Kalau diingat-ingat, selama 4 tahun ini gak pernah ganti casing haha. Sudah buluk banget dan bahkan sedikit rusak. Nah, karena saya belum nemu casing baru yang saya mau, saya lepas saja casing gadgetnya. Wow, ternyata masih mulus dan kinclong, apalagi setelah dibersihkan. Jadi kayak baru dan sparks joy lagi hehe. 
Kalau diingat-ingat, dulu saat pertama kali punya gadget tersebut, saya senang sekali memasangkannya dengan casing baru. Nah coba deh teman-teman mulai cari-cari casing baru yang lebih bagus, alih-alih ganti gadgetnya. Atau kalau saya lepas saja casingnya hehe.

Buat teman-teman yang pakai pelindung layar atau screen guard dan sudah banyak retak, bisa juga coba ganti atau lepas saja screen guard-nya. Jangan lupa di lap, agar layar jadi mulis lagi seperti baru! Kalau teman-teman juga pakai pelindung keyboard laptop, teman-teman bisa coba lepas dan ganti baru, biar terasa seperti baru lagi. 

3. Ganti Wallpaper

Masa sih ngaruh? Awalnya saya juga tidak menyangka saya bakal berubah pikiran cuma gara-gara ini. Tapi ternyata ngaruh banget! Jadi saya itu kayaknya udah 1 tahun gak ganti wallpaper, jadi saya coba cari-cari wallpaper baru. Teman-teman bisa cari di google atau download aplikasi penyedia wallpaper di app store/google play. Ternyata banyak wallpaper-wallpaper baru yg high resolution dan bagus-bagus. Ketika dipasang, itu jadi bikin gadget kita kayak di display toko gadget. Hahaha serius, cobain deh! Kalau bisa tidak usah pasang wallpaper berupa foto-foto pribadi dulu, pasang wallpaper dengan pemandangan atau abstrak yang bagus banget, biar kayak gadget2 display di toko. Coba dulu aja, saya sendiri jadi malah menikmati pemandangan baru di layar gadget saya.

4. Berbenah Isi Gadget

It’s a must! Salah satu yang bikin penat mengoperasikan gadget kita adalah isi gadget itu sendiri. Foto yang tidak beraturan, duplikasi data, aplikasi yang tidak terorganisir, membuat secara tidak sadar kita penat dari gadget kita. Belum lagi dengan banyaknya file, membuat gadget kita jadi lemot dan tidak berfungsi dengan baik, tidak heran kita merasa ingin beli gaget baru, padahal jika manajemen file kita masih berantakan, gadget baru pun akan cepat membuat penat juga.  Coba lakukan beberapa hal berikut ini agar gadget lebih terorganisir:
  • - Backup foto, video serta memori lain yang sudah lama, dan hapus duplikasi-duplikasi data.
  • - Hapus aplikasi yang sudah jarang atau tidak pernah terpakai. 
  • - Susun aplikasi ke dalam folder yang rapi. Bisa dikategorikan sesuai dengan fungsinya, atau jika ingin mencoba hal baru, coba disusun berdasarkan warna.
  • - Gunakan aplikasi cleaner untuk menghilangkan file tersembunyi yang tidak penting seperti sisa-sisa file aplikasi, chache dan cookies browser. Untuk komputer, bisa coba cara Disk Cleanup.

5. Unduh Aplikasi-Aplikasi Baru

Setelah gadget rapi dan berfungsi dengan optimal karena sudah dibenahi, baru deh mulai mencari-cari aplikasi yang bisa membuat rasa bosan hilang. Bisa jadi kita bosan dengan gadget karena rutinitas yang sama dilakukan di gadget kita. Inget gak sih pertama kali beli gadget baru? Pasti kita coba install-install aplikasi baru baik yang sudah familiar, juga yang kurang familiar. Saat beli gadget baru, kita jadi merasa tertantang untuk mengeksplor gadget kita, baik dengan mengutak-atik pengaturan atau dengan mengunduh aplikasi-aplikasi baru.

Nah, tidak perlu menunggu gadget baru untuk coba hal ini. Coba deh teman-teman download aplikasi-aplikasi baru. Sudah bertahun-tahun lamanya, pasti ada saja aplikasi terbaru yang muncul di app store/google play, atau microsoft store. Teman-teman bisa download e-reader baru, editor foto baru, fitur kamera baru,  pembuat sketsa baru, organizer baru, atau bahkan games-games baru. 

6. Ganti Spare Part

Untuk gadget yang sudah rusak atau performanya ternyata sudah berkurang, teman-teman bisa coba cek ke "dokter" atau alias ahli alat elektronik untuk menganalisis kerusakan gadgetnya. Jangan buru-buru ganti gadget dulu, manatahu kerusakannya hanya sebagian kecil dan biaya penggantiannya tidak terlalu mahal, tidak semahal membeli gadget baru. Biasanya ada beberapa gadget yang butuh ganti baterai atau mungkin hanya ganti charger, agar baterai tidak gampang down. Kalau kerusakannya fatal dan biaya reparasinya beda tipis dengan membeli gadget baru, baru deh teman-teman bisa mempertimbangkan ulang untuk membeli gadget baru, hehe.


Ini hasil gadget saya setelah dibersihkan, ganti wallpaper, dan lepas casing. Hehe jadi malah sayang buat ganti baru karena ternyata masih bagus. 

Tentu saja tidak masalah jika teman-teman ingin langsung ganti atau upgrade gadgetnya. Tapi coba pikirkan kembali dulu apakah memang karena benar-benar butuh fitur barunya? Karena gengsi? Atau cuma karena penat dan bosan dengan tampilan dan isi gadget kita? 
Kalau cuma bosan, mungkin bisa melakukan hal-hal di atas terlebih dahulu. Kalau teman-teman ingin mengganti gadget untuk kegiatan produktif atau pekerjaan  profesional yang mungkin akan kurang bersaing jika tidak menggunakan fitur terbarunya, silahkan ganti gadgetnya :)

Kenapa sih kita perlu berpikir ulang dalam membeli gadget? 

Setiap apa yang kita beli, termasuk alat elektronik akan menambah waste alias sampah di lingkungan. Sedangkan, sampah elektronik itu berbahaya lho, bahkan jika hanya disimpan di rumah. Jika tidak diolah dengan baik atau ditumpuk begitu saja, akan mengeluarkan zat kimia yang berbahaya bagi lingkungan, bahkan bisa menyebabkan meledak lho! Maka, kita perlu memikirkan agar kita tidak terlalu over konsumtif dalam memiliki gadget sehingga kita tidak menyumbang banyak sampah elektronik. Saya sendiri lebih suka membeli gadget bekas, dan bahkan menjual gadget saya jika ingin mengganti yang baru. 

Jika ingin mengganti gadget, jangan lupa gadget lamanya dikirim ke E-Waste RJ, sebuah lembaga pengolah sampah elektronik, agar sampah elektroniknya bisa diolah dengan baik dan tidak mencemari lingkungan. Hal ini berlaku juga untuk barang elektronik lainnya ya seperti kabel-kabel, baterai, tv, dan lain-lain!

So, teman-teman jadi ganti gadget-nya ngga nih? :)

MENGENAL EATING CLEAN - sedikit jurnal mengenai reaksi tubuhku


Sejak saya hamil anak pertama, saya mulai mengedukasi diri, baik dari tema yang berkaitan dengan kehamilan dan anak, sampai dengan topik kesehatan. Dari situ saya mulai mengetahui yang namanya eating clean. Pertama kali saya membaca mengenai eating clean adalah melalui buku bu Inge Tumiwa Bachrens. Teman-teman bisa coba baca bukunya, atau bisa lihat dulu di Goodreads saya bagaimana review dan rating saya dari buku Eating Clean

Menurut saya, konsep dan ilmu makan sehat itu luas sekali. Dan mungkin banyak teman-teman yang sudah sering mengedukasi dalam ilmu kesehatan modern punya banyak referensi lain tentang makan "sehat". Definisi sehat ini pun beragam, jadi mungkin ada yang sependapat atau tidak, tidak masalah. 

Dari sekitar tahun 2013 saya sudah mulai mencari definisi sehat menurut saya, tapi saya belum juga menjadi sehat. Makanya saya juga masih terus mengedukasi diri. Tapi sejak mengetahui tentang eating clean ini, saya mulai mengubah pandangan saya terhadap makanan. 

Bagaimana konsep eating clean?

Secara garis besar eating clean menekankan untuk makan bahan makanan asli, organik, tanpa proses panjang, tanpa modifikasi, minim toxin, lokal dan sesuai musim. Sebisa mungkin yaa. Jadi daftar makan makanan kemasan yang ada di supermarket itu udah hampir di coret semua ya. Termasuk kecap-kecap dan saos-saos, dairy, dan juga roti-rotian.

Trus makan apa dooong? Ya makan makanan dari bahan makanan asli, sayur, lentils, umbi, buah, daging, bumbu-bumbu alami. Teman-teman bisa baca sendiri bukunya kenapa bahan-bahan makanan di supermarket itu lebih baik dihindari. 

Real food doesn't need an ingredients, real food IS ingredients.

Sebenarnya saya senang sekali ketika mengetahui mengenai fakta-fakta eating clean, karena saya jadi bisa lebih mudah menghindari makanan-makanan berkemasan, berhubung saya juga menjalani gaya hidup minim sampah. Saya jadi semakin yakin kalau saya bisa memilih makanan yang tidak memproduksi sampah, sehat dan lebih murah pula!

(baca juga: Memulai Zero Waste Lifestyle)

Namun tentunya, saya gak bisa 100% menjalani gaya hidup ini. Bertahun-tahun saya hidup saya sudah merasakan enak-enaknya makanan kemasan, dan kepraktisannya. Seringkali saya cheating juga. Sejujurnya, ketika mulai melakukan eating clean, saya tidak begitu menyadari apa saja manfaat dan perubahan yang ada di tubuh saya. Nah tapi, saya baru merasakan efeknya justru ketika saya cheating, alias memulai kembali makan-makanan yang dianggap tidak sehat. Saya di bawah ini beberapa contohnya ya, ini juga sekaligus sebagai jurnal saya dalam proses eating clean ini.

1. Efek Makan Gluten

Gluten ini dikenal sebagai kandungan di dalam terigu yang ada di mie, roti dan kue. Saya dulu cinta sekali roti. Setiap belanja bulanan saya pasti selalu beli roti tawar, roti ini seperti harus ada stoknya di rumah. Dulu waktu ngantor pun saya hampir setiap hari berbelanja di toko roti.

Saya memang tidak 100% full eating clean, makanya saya masih kadang-kadang terpapar dengan roti, baik itu dikasih, atau memang tidak kuat iman, hehe. Apa efeknya sekarang ke saya? Saya jadi sadar banget sekarang setiap makan roti itu perut saya begah, bloated (bergas). Dan pastinya saya jadi (maaf) buang angin terus. 

Selain roti, saya juga dulu penggemar kue dan bolu. Entah kenapa, saya sekarang tidak begitu tertarik dengan kue dan bolu ini, mungkin karena tubuh saya sudah merekam memori bagaimana tidak enaknya tubuh ketika makan kue dan bolu-boluan. Hal yang masih saya bisa makan adalah brownies (thank God), karena brownies ini adalah makanan kesukaan saya, huhu. Mengapa "agak" bisa? mungkin karena brownies ini kandungan nya lebih banyak butter dan coklat dibandingkan terigu dan raginya. Meskipun masih tinggi gula, sekarang mudah sekali menemuka brownies keto atau gluten free dan rasanya masih enak, jadi saya masih bisa cheating tapi lebih sehat hehe. 

2. Efek Konsumsi Susu dan Turunannya

Selain roti, ini yang paling saya gemari. Susu! Susu juga salah satu groceries yang gak boleh absen di jadwal bulanan saya dulu. Susu kotak, sampai yoghurt saya suka sekali.  Kecuali keju, mungkin karena saya kurang begitu suka keju. Oh lalu susu dalam bentuk coklat batang, itu juga membuat saya ketagihan.

Sekarang ketika saya cheating susu, perut saya jadi begah, dan terkadang mules. Bahkan pernah pertama kalinya dari sekian lama puasa susu dan turunannya, saya minum susu terus muntah. Secara garis besar, ketika saya minum susu itu perut saya mulas, dan (maaf) BAB saya jadi lembek. Seperti diare ringan gitu. Masalahnya saya langsung jadi ngeh "Oh, ini BAB saya dulu di jaman belum mengenal clean eating". Serius deh ketika saya mulai makan sehat, itu badan memang tidak terasa kalau enak, tapi ketika cheating, mulai jadi paham apa efek suatu makanan ke tubuh. Emang gitu ya manusia yang diinget tuh pas susahnya, pas enaknya suka dilupakan hehehe.

3. Reaksi Konsumsi Gula dan Garam Tinggi

Dulu, saya bisa makan produk coklat setiap hari. Minimal saja beng-b*ng deh, setiap hari satu. Atau coklat batang kira-kira seminggu sekali. Itu pun coklat batang bisa saya habiskan sendiri dalam waktu yang singkat. Hal ini dilakukan tanpa efek apa-apa ditubuh saya. Atau mungkin saya tidak sadar saja. Jujur, makanan kemasan coklat ini yang sebenarnya masih agak sulit menghilangkannya. Untuk makanan kemasan lain apalagi yang asin lebih mudah, sudah tidak pernah saya sentuh.

Nah sekarang ketika saya cheating makan coklat, beberapa saat kemudian kepala saya pusing, khususnya di leher dan seluruh kepala, mungkin karena kadar gula yang tiba-tiba naik drastis (mungkin ya, tapi hal ini selalu terjadi). Misal ketika saya makan brownies saja, saya sekarang sudah tidak bisa makan sekali banyak. Biasanya satu hari bisa habis setengah bronwies sendiri oleh saya. Sekarang seminggu pun kadang tidak habis.

Selain pusing, sekarang saya juga kalau makan yang bergula tinggi breakout di wajah. Padahal saya tidak pernah jerawatan seumur hidup saya lho. 

Begitupun dengan kandungan garam yang tinggi, contohnya terkadang saya masih suka beli fast food. Setelah makan itu pasti saya juga pusing.

Memang eating clean tidak boleh makan gula dan garam?

Eating clean membolehkan makan gula dan garam, kok. Tapi gula dan garam alami dan minim proses, seperti gula merah, gula aren, untuk garam juga bisa menggunakan garam laut asli. Kenapa tidak boleh yang gula garam biasa aja? Karena gula dan garam pabrikan itu melalui proses yang banyak, pemutihan, anti gumpal, dan proses lainnya yang menghilangkan kemurnian kandungannya.

Nah ketika makan-makanan yang tidak kita olah sendiri, pasti menggunakan gula garam buatan yan sangat tinggi, dan jadinya ini berefek pada badan saya. Saya sendiri belum terlalu full mengganti makanan dengan tanpa gula dan garam putih. Tapi saya juga tidak merasakan perbedaan yang signifikan untuk olahan makanan biasa yang menggunakan gula garam, seperti makanan di warteg. Tapi untuk fast food, reaksi tubuh saya sudah mulai berbeda.

Kenapa setelah eating clean kok pencernaannya  jadi 'ringkih'?

Mungkin ada sebagian orang yang berpikir, kok pencernaan saya jadi 'ringkih' banget? Sebenarnya itu  bukanlah ringkih. Tapi memang selama ini, bertahun-tahun, tubuh kita dikenalkan oleh makanan yang memang sulit dicerna dan merupakan musuh dari pencernaan kita, tubuh kita jadi terbiasa bekerja keras.

Sebenarnya hal ini bahaya juga karena tubuh selalu mengalami inflamasi dan bekerja keras untuk mendetoks dan mencerna makanan-makanan yang sebenarnya tidak ramah di tubuh itu. Nah ketika kita sudah mulai makan sehat, tubuh jadi lebih ringan kerjanya, lebih adem ayem lah gitu. Lalu ketika kita cheating istilahnya, itu pencernaan kelabakan lagi tuh. Ibaratnya seperti saat sudah mau pulang kantor, tiba-tiba disuruh lembur, kita jadi keteteran. Efeknya tadi, kalau saya cheting, saya mulai kentut (maaf), pup yang aneh-aneh, dll. Lama-lama mungkin akan "normal" lagi, tapi normal yang sebenarnya kurang sehat.

Manfaat apa yang saya rasakan?

Tentunya ringkih2 tadi hanya side effect sementara yang jarang terjadi oleh saya, karena saya telah banyak sekali mengurangi produk-produk di atas. Manfaatnya ternyata lebih banyak. Saya jadi lebih fit, tidak gampang pusing dan lemas. Biasanya memang kalau habis makan manis atau junk food saya jadi mager, mungkin karena memang badan saya harus bekerja keras, sehingga 'lelah'. Kemudian saya juga jarang sakit. Setahun saya paling hanya flu satu kali saja dan itu juga 3 hari sembuh. Saya sudah tidak sering sakit kepala seperti dulu kala (saya jadi ingat dulu masa remaja saya sering sekali pusing). 

Untuk berat badan, saya kurang memantau, karena saya tidak diet karena sedang menjalani kehamilan dan menyusui. Tapi seingat saya berat badan saya stabil saja, tidak naik, tidak turun. Mungkin kalau saya memang menjalani program diet bisa saja turun, ya jujur saja sejak hamil saya jadi menggemuk hehe.

Awalnya saya juga gak percaya kok teman-teman, kalau gluten harus dihindari, susu itu kurang baik, dan organik itu lebih baik. Tapi, saya menjadi percaya karena mencoba sendiri. Mungkin memang awalnya sulit, atau denial, karena beberapa "aliran" hidup sehat melarang beberapa makanan, dan jauh sekali dengan kebiasaan lidah kita. Tapi kalau saya, saya merasa hidup saya yang dulu itu ya tidak lebih baik dari yang sekarang, saya sering sakit, tidak fit. Tapi ketika mencoba pola hidup baru, saya merasa lebih sehat dari saya yang dulu.

Untuk yang mau tahu kenapa produk-produk tersebut kurang direkomendasikan untuk dikonsumsi, bisa baca sendiri bukunya yaa atau cari referensi yang relevan dengan eating clean ini. 

Apakah teman-teman ada yang mengikuti pola hidup eating clean? Atau adakah referensi pola hidup sehat lain yang teman-teman tau? Share di komen ya :)

Melek Finansial Memutus Rantai Generasi Sandwich - Berinvestasi dengan Fintech Lending

Tuesday 10 November 2020


Generasi milenial disebut juga generasi Y, yakni orang-orang yang lahir pada tahun 1980-1994. Kira-kira di saat ini generasi milenial berusia dari rentang 26-40 tahun. Usia ini adalah usia dimana biasanya seseorang sudah atau baru mulai berkeluarga. Contohnya saya sendiri, saya tergolong dalam golongan milenial ini, dan sekarang saya sudah menjadi orangtua milenial. Di era ini, para milenial dituntut untuk melek finansial, kenapa?

Dalam berkeluarga, tentunya tanggungan finansial menjadi bertambah, baik untuk menghidupi pasangan dan anak. Tetapi, di negara berkembang seperti Indonesia banyak orang di usia produktif ini memiliki tanggungan tambahan yang berasal orangtuanya. Hal inilah yang membuat generasi milenial masih banyak yang menjadi sandwich generation. Layaknya sebuah sandwich, ia terhimpit di tengah, artinya ia harus turut menanggung beban finansial baik orangtua dan keluarganya sendiri. Bukan berarti kita tidak boleh memberi atau berpelit rejeki dengan orangtua. Tetapi, ada saja kemungkinan di mana kondisi keuangan kita sulit untuk membiayai beban hidup yang dua kali lipat, yakni seperti tertimpa musibah, mengalami PHK, bangkrut, atau lain hal.

Untuk memutus rantai generasi sandwich, orangtua milenial perlu untuk mempersiapkan dana di hari tua nanti untuk mempersiapkan hidup di usia yang sudah tidak produktif lagi. Sehingga nanti tidak perlu memberatkan anak dan keluarga seutuhnya. Salah satu caranya adalah mengumpulkan dana pensiun dengan baik. Dana pensiun ini tidak kecil, lho. Bayangkan, misalnya kita masih memiliki sisa usia 30 tahun lagi sejak usia pensiun. Berapa biaya hidup yang kita butuhkan untuk menunjang hidup kita? Kalau kita masih bisa produktif, syukur-syukur masih bisa menghasilkan sesuatu untuk menutup biaya hidup. Namun semakin tua pasti badan kita akan semakin lemah dan sulit untuk produktif apalagi jika tidak memiliki pendapatan pasif, nah di masa itulah kita memerlukan tabungan pensiun untuk menghidupi kebutuhan dasar. 

Masalahnya, bagaimana cara menyisihkannya dana pensiun? Padahal, gaya hidup kaum milenial ini dikatakan lebih tinggi dibandingkan dari generasi sebelumnya. Mereka lebih banyak melakukan pengeluaran untuk konsumtif, seperti ngopi, langganan internet, online shopping, dll. Sehingga, banyak milenial yang bahkan kesulitan untuk memiliki tabungan meski bergaji besar. Belum lagi, jika hanya menabung melalui deposito biasa, tabungan akan kalah dengan inflasi mengingat bunga deposito yang kecil. 

Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan dana pensiun dengan lebih baik.

1. Belajar Pengelolaan Keuangan

Kondisi keuangan yang baik di awali dari pengaturan keuangan yang baik pula. Saya sendiri memulai mengelola keuangan dengan melakukan pencatatan keuangan sejak kuliah. Hal ini untuk mengetahui berapa besar pengeluaran dan pemasukan. Sepengalaman saya, dengan mencatat keuangan, saya jadi tahu di mana saja saya paling banyak melakukan pemborosan, apakah di makan? jajan? beli barang tersier? Lalu saya juga bisa tahu, apakah pendapatan saya cukup untuk menabung?

Di bawah ini beberapa hal yang saya lakukan untuk mengelola keuangan dan meminimalisir pengeluaran yang kurang dibutuhkan.

  • Mencatat Keuangan Secara Rutin 

Mencatat keuangan membuat kita dapat melihat keseluruhan dari cash-flow keluarga dan menganalisis bagian mana yang perlu diubah atau diperbaiki. Dengan mencatat keuangan, bisa mendeteksi di mana sering terjadi 'bocor' pengeluaran, sehingga bisa mengontrol konsumsi. Sebagai generasi milenial, sekarang mencatat pengeluaran tidak perlu ditulis kertas dan dihitung manual, kok. Sudah banyak tersedia aplikasi di handphone untuk membantu pencatatan keuangan. Tinggal klik dan input, sudah bisa membuat daftar pendapatan dan pengeluaran, bahkan grafik yang rapi. 

  • Menyisihkan Tabungan di Awal Bulan. 

Apakah ada yang masih kesulitan menabung? Coba alokasikan tabungan di awal bulan. Contohnya saya sendiri, setiap bulan saya menyisihkan tabungan dan investasi di awal gajian. Mengapa? Hal ini untuk mempertahankan agar tujuan finansial kita tetap tercapai. Dengan menabung di awal, kita bisa pintar-pintar mengatur sisa uang yang kita punya, tapi tetap mencapai jumlah tabungan sesuai perencanaan. Serta hal ini menghindari agar kita tidak "keburu kalap" melihat nominal gaji di awal bulan. 

  • Membuat Rancangan Anggaran untuk Setiap Pengeluaran

Bagaimana dengan uang sisa yang tidak ditabung? Selain mencatat keuangan, saya juga membuat rancangan anggaran per-bulan untuk memberikan batasan untuk setiap pos pengeluaran. Ada beberapa pos yang saya lebih cocok menggunakan metode amplop, misal untuk iuran RT, belanja bulanan, beli galon dan gas, makan, dsb. Ada juga yang tetap di rekening, untuk hal-hal seperti belanja online, internet. Jadi, sisa uang yang memang diperuntukkan untuk konsumsi sudah dianggarkan terlebih dahulu dengan persentase atau perhitungan pribadi, agar tetap terukur pengeluarannya. 

2. Berkesadaran (Mindful) dalam Perilaku Konsumtif

Salah satu hal yang membuat pengeluaran menjadi berlebihan adalah membeli barang-barang yang hanya didasari oleh sifat impulsif. Kurangnya mindfulness atau kesadaran diri dalam membeli barang membuat kita membeli barang tanpa sadar padahal kita sudah punya barang yang sama dalam jumlah banyak, atau barang sejenis yang fungsinya sama. Misalnya baju, meskipun baju sudah banyak, tapi seringkali rasanya belum puas, atau terus tergoda membeli baju baru.

Saya sendiri mulai lebih berkesadaran dalam konsumtif sejak saya mempelajari gaya hidup minimalis. Saya menjadi lebih hati-hati dalam konsumsi, saya hanya membeli barang jika saya benar-benar butuh, tidak ada penggantinya, atau tidak bisa pinjam. Saya tidak impulsif ikut flash sale atau diskon payday apabila saya tidak benar-benar sedang membutuhkan suatu barang.

Meskipun tidak semua orang bisa menjadi minimalis, paling tidak kita bisa lebih berkesadaran dan memikirkan dulu berulang kali ketika ingin membeli suatu barang. Tanyakan pada diri sendiri apakah barang ini benar-benar saya butuhkan? Apakah ada hal serupa yang sudah ada di rumah? Apakah saya sudah punya banyak barang ini di rumah?

3. Melakukan Investasi

Mengumpulkan dana pensiun adalah investasi jangka panjang. Kita bisa saja menabung setiap bulan, tapi untuk melampaui kenaikan inflasi keuangan, tentu saja menabung di deposito saja tidak cukup. Para milenial juga harus mulai melek investasi agar tabungan masa depannya bisa ikut memiliki kenaikan nilai dan tidak tergerus inflasi.


Ada beberapa instrumen investasi yang saya ketahui, yaitu investasi logam mulia, properti, saham, reksadana, dan P2P lending. Semua alat ini cukup menjanjikan untuk membuat uang yang kita tanam mengalami kenaikan nilai sehingga tidak tegerus oleh inflasi. Instrumen seperti logam mulia, properti dan reksadana mungkin sudah familiar bagi sebagian besar orang, tapi apakah kalian tahu soal P2P Lending?

Apa itu P2P Lending?

P2P atau Peer to Peer Lending adalah layanan pinjam-meminjam uang melalui sistem elektronik atau online. Dengan Investasi P2P kita bisa menjadi pemodal atau pendana bagi usaha-usaha kecil. Mungkin bagi milenials yang sudah pernah terjun berinvestasi saham, sudah merasakan bagaimana menjadi pendana atau investor bagi sebuah perusahaan. Bedanya adalah, dalam saham lingkupnya perusahaan besar, namun di peer to peer lending lingkupnya adalah usaha kecil/ mikro seperti UMKM. Dengan berinvestasi melalui P2P lending, kita juga secara langsung membantu UMKM untuk berkembang, lho.

Investasi dengan Fintech Lending


Sebagai generasi milenial, sebenarnya memulai investasi sudah sangat mudah. Tidak perlu berlama-lama mengantri di bank atau melalui prosedur berlilit lilit. Sekarang, semua bisa dilakukan melalui handphone saja, karena sudah ada yang namanya Fintech atau Financial Technology.
Ini merupakan inovasi pada industri jasa keuangan dengan memanfaatkan penggunaan teknologi. Mulai dari aplikasi pengelolaan keuangan, dan aplikasi investasi sudah banyak tersedia di handphone atau browser. 

Untuk berinvestasi di P2P Lending, salah satu platform yang bisa digunakan adalah Fintech Lending. Ini adalah bagian khusus dari Fintech yang beroperasi sebagai layanan pinjam meminjam uang yang berbasis teknologi informasi.  PT Amartha Mikro Fintek adalah salah satu perusahaan Fintech P2P Lending Indonesia.

Amartha memiliki platform pada web dan aplikasi yang menghubungkan pendana dalam melakukan pendanaan kepada  usaha mikro dan kecil di Indonesia. Amartha Lending juga sudah terdaftar di OJK (Otoritas Jasa Keuangan) sehingga aman dan terpercaya. Untuk memulai berinvestasi di Amartha, cukup dengan modal minimal 3 juta saja, kita sudah bisa mendapatkan keuntungan bagi hasil hingga 15% per tahunnya.

Wah, dengan begitu tabungan masa depan kita akan terus mengalami kenaikan nilai yang besar, dan cita-cita dana pensiun kita bisa tercapai. Nan, untuk para milenial yang ingin memulai berinvestasi, bisa lebih dulu merencanakan jumlah dana pensiunnya, lalu memilih instrumen investasi yang diinginkan, salah satunya melalui Amartha P2P Lending.

Begitulah cara-cara agar para milenial bisa menghentikan generasi sandwich. Bagi saya, persiapan masa tua nanti penting bagi kehidupan saya sekeluarga, dan saya ingin mempersiapkannya sebaik mungkin dengan menyiapkan dana pensiun yang cukup. Tidak masalah jika anak atau cucu ingin memberikan dukungan finansial sebagai bantuan atau kasih sayang. Tetapi jangan sampai kita benar-benar bertumpu keuangan secara keseluruhan kepada anak cucu kita hanya karena kita tidak mempersiapkan hari tua dengan baik.

Semangat menabung dan berinvestasi, para milenial!
© Catatan Ibun | Parenting and Mindful Living • Theme by Maira G.