SLIDER

BABY A 16 MONTHS - milestone series

Monday 25 May 2020


Ceritanya saya kok tiba-tiba aja kepikiran ingin share di sini tentang milestone baby A. Saya belum pernah menulis soal ini di blog, paling biasanya hanya cerita di story Instagram, sisanya saya tulis pribadi poin penting milestone di catatan di HP, buat kalau-kalau ingin ditanyakan ke dokter atau hal lainnya. Sebenarnya saya agak menyesal gak bikin blog kayak gini dari dulu, padahal saya suka mencatat milestone baby A meski ada juga yang skip hehe. Awalnya saya menganggap gak penting, tapi ah, mending ditulis aja dan ibun jadikan ini sebagai memori ibun nanti, karena pasti beberapa tahun lagi pasti lupa!

Nah sebenarnya saya juga membuat ini agar saya bisa menulis observasi saya dan mensyukuri setiap perkembangan baby A. Kadang saya tidak melihat hal2 kecil yang ternyata dia sudah bisa (Baca: Cerita Kue Lidah Kucing). Saya tidak membuat milestone series ini untuk membandingkannya dengan anak orang lain, karena perkembangan anak beda-beda. Saya hanya ingin mengingat momen-momen penting dalam hidup baby A, namanya juga Catatan Ibun kan ya? hehe

For the highlights, di bulan ini, milestone terbesar babyA adalah bahasa. Tiba-tiba dia pesat sekali dalam kosa kata dan pengucapan. Mungkin ini yang namanya vocabulary spurts. Dari segi parenting, sebenarnya saya tidak punya program pembelajaran khusus kepada babyA untuk belajar bahasa. I just talk, talk, talk to him. Saya menyebutkan apapun yang dia lihat, saya tetap bacakan dia buku meski hanya satu kali sehari. Saya tidak memberikannya gadget, meski saya suka menyetel video babyA yang saya rekam, dan pernah sih beberpaa kali nonton TV baby first, tapi dia seringkali tidak tertarik. 

vocabulary spurt is a point in which a child may display a sudden growth in their spoken vocabulary. This occurs when a child switches from early language learning of approximately two words per week per week to suddenly acquiring and using around 20 new words per week.

At what age does the vocabulary spurt occur?
Sometime around 18 months, most children experience a "word spurt" (or "naming explosion") that leads to large increases in their spoken vocabulary. Although 18 months is a common age for this increase, it can occur in children between the ages of 15 and 24 months.
Motorik Kasar
Di bulan ini, A semakin kencang berlari (lap keringet), cara berjalannya juga sudah lebih seperti orang dewasa, tidak ngangkang-ngangkang lagi seperti waktu usia 12 bulan, hehe. Selain itu dia juga suka mencoba untuk melompat di tempat. Meski lompatannya hanya setinggi 1 cm, tapi saya merasa lucu sekali melihatnya melompat ketika senang atau merasa gemas. (Namanya juga ibuk-ibuk suka gemes dan bangga sendiri lihat anaknya hehehe)
Sebenarnya saya tidak merencanakan stimulasi apapun untuk melompat. Saya hanya pernah menunjukkan saya melompat-lompat di kasur (yes i still do that since kid wkw), lalu mengajak babyA dan dia senang juga, sejak itu dia senang mencoba melompat, hehe lucu ya.

Motorik Halus
Saya bukan tipe ibu yang rajin memberikan stimulasi ala montessori atau lainnya. Karena saya membiarkan A bermain di rumah, ikut saya melakukan pekerjaan rumah, memainkan barang-barang di rumah yang menurut saya aman.
Sekali-sekali saya ajak dia bikin kue, dia bisa sih mengaduk, menumbuk, memasukkan beras ke gelas, atau tepung ke wadah lain. Pernah juga mengupas telur, dia bisa, tapi karena rentang konsentrasinya yang masih pendek, jadi tidak selesai, dan dia malah melakukan hal lain dengan telurnya hehe. 
Dia juga sudah makin lebih precise dalam menyemprotkan sprayer berisi air untuk membersihkan sesuatu, atau mengepel dengan lebih "tepat sasaran" hehe.

Bahasa
Pembahasan bahasa akan agak panjang, mungkin saya akan membagi lingkup bahasanya babyA menjadi 3, yaitu kosa kata yang dipahami, bisa diucapkan, bahasa isyarat.

Saya sangat bangga dengan kemampuan bahasa isyaratnya. Kalau di total dia bisa sekitar 15-an kata bahasa isyarat. Memang usia segini, bayi yang diajari bahasa isyarat memang nyaman berkomunikasi dengan bahasa isyarat. Untuk pembahasan tentang bahasa isyarat, aku buat postingan terpisah atau bisa lihat di highlight Instagramku yaa.

Untuk kata-kata yang sudah diucap, amazingly, sejak lama tidak muncul kosa kata baru, Afka bulan ini makin banyak vocabularynya dan makin pintar dalam menirukan sebuah kata. Dia akhirnya bisa manggil Enin, Aki, dan Uti. Entah sejak umur berapa Afka udah sering manggil Abah, dan Apa, semua benda disebut antara Abah/apa hehehe. His next first word was Bapau, (yes karena tukang bapau setiap hari lewat), setelah itu AC, naah setelah itu dia belum nambah2 lagi, paling baru "aamiin" "hab hab (habis)" dan bbrp kata lagi lupa hehe.

Bulan ini yang saya paling terharu adalah
"IBU!!!"

Akhirnya baby A bisa panggil ibu. Meskipun sebenarnya nama panggilan saya adalah Ibun, tapi saya sudah senang, he's getting there haha. Selama ini Afka lebih lancar panggil Abah, entah udah dari usia berapa dia bisa panggil "Abah", kayaknya dari sebelum satu tahun sudah bisa. Dan biasanya di amanggil saya dengan Memem, Nenen, Ibn, Ibi, trus balik lagi Nyenye  (ya karena apalagi saya kalau bukan gentong susu :" wkwkw)
Sebenarnya kalau Ibun sebagai unspoken words dia juga udah tau dari mana "Ibun mana?" dia udah bisa nunjuk. Tapi tetap saya gemes cara dia bilang "Ibu"nya lucu hehe.

Oh iya, bisa bilang "please" pakai bahasa isyarat tanpa disuruh. Maksudnya, dulu dari berpa bulan ya, dia biasa bilang please kalo misal saya bilang "bilang please dulu doong". Sekarang kalau minta sesuatu dia langsung bilang please hehe. Terus juga dia mulai menggunakan baby sign terima kasih (kalo ini masih harus disuruh dulu), selain itu, dia juga kalau dimarahin kadang-kadang bikin bahasa isyarat "maaf", meski sebagian besar harus saya suruh, tapi saya sen

Tiga magic words yang saya sangat ingin tanampakn ke anak adalah itu, terima kasih, tolong (please), dan maaf. Untuk please itu sebenarnya bahasa indonesianya "tolong" tapi saya memutuskan untuk mengajarkan"please" karena saya memakai "tolong" untuk "help", atau lebih kayak untuk bantuan. Ini sesuai kesepakatan masing-masing keluarga aja, ini hanya keputusan saya sendiri.

Makan
Yang agak sulit di bulan ini dan 1 bulan kebelakang adalah makan! Bulan ini bulan regresi menurut saya, karena dari 12-14 bulanan itu baby A makannya bagus dan rapi banget (sebelumnya lagi gantian sakit dan tumbuh gigi dll wkw drama bgt soal makan deh). Bulan ini mari salahkan tumbuh gigi lagi! Gigi geraham dan taringnya ada yang mulai tumbuh, dan itu prosesnya lama sekali dan sepertinya painful, jadi makannya sungguh-sungguh tidak memuaskan huhu.  Udah selesai satu fase GTM, eh taring bawahnya mau muncul lagi, jadi GTM lagi, haduu. Mana skrg corona gak bisa dengan mudah ke dokter/posyandu, jadi saya gak bisa benar-benar mencocokkan pengukuran BB, TB, LK nya babyA dengan pengukuran terakhirnya, huhu cuma berharap dia tetap naik aja.

Afka masih BLW, sebenarnya A sudah bisa menggunakan garpu, tapi saya sendiri kurang telaten membuat makan2 yang memang nyaman utk diambil dengan garpu, krn biasanya ya kayak ayam, nasi, bahkan kentang saja kadang masih melorot2 kalo dipakaikan garpu. Jadi saya selow aja A masih makan pakai tangan. Untuk sendok, Afka belum tertarik untuk pakai sendok secara full, dan masih moody, mungkin karena dia sudah sangat nyaman pakai tangan. Oh my, pokoknya hingga bulan ini itu gak ada progres apa-apa dalam makan! Teman-teman seusia Afka sudah bisa pakai sendok sih, tapi tenang, belajar makan sama kayak belajar jalan kok, ga perlu diburu-buru, dan tunggu aja kapan si anaknya mau hehehe. Lagian sunnah juga kan makan pakai tangan? HAHAHA alesan.

Meskipun begitu saya melihat A sudah lebih bs mengontrol tangannya, jadi saya mencoba menggunakan gelas kaca. Gelas yang saya gunakan adalah bekas jar selai ukuran kecil yang sudah disteril dan dibersihkan hehehe. Kenapa kok kayak pelit banget? Baby A punya kok "gelas anak-anak", dari bamboo, tapi sayangnya lebar mulutnya masih terlalu besar dan itu mempersulit belajar minum. 
Saya sendiri tidak punya gelas sloki. A sudah bisa minum dari gelas tapi kadang2 dia lupa terlalu bersemangat mengangkat gelas, jadinya tumpah dan keselek hehhehe. Gapapa, semangat ya nak, ibun gak buru2in kok hehe

Tidur
Finally, A sudah transisi sepenuhnya  ke 1 nap alias satu kali tidur siang. Tanda2 ini sebenarnya sudah muncul sejak usia 14 bulan. Tanda tandanya bisa dilihat di sini yaaa.
Saya mulai training transisi dari 14 bulan, tapi pada dasarnya saya gak konsisten, ketika ditengah jalan sudah mulai 1 nap, sempat ganti jadi 2 nap lagi. Sebenarnya karena keegoisan saya karena saya masih agak tidak rela melepas satu nap, soalnya waktu saya jadi berkurang satu-dua jam hahaha (ya mamak kan punya waktu cuma kalo pas anak tidur hehe). Tapi akhirnya dia sudah bisa 1 tidur siang saja, dan tidur malamnya juga bagus! Bahkan kadang-kadang sleep through the night

Nah masalah sleep through the night ini kembali ke masing-masing aja ya, bukan sesuatu yang harus kok, dan bukan pressure (kecuali mungkin kalau kalian orang Perancis hehe. Baca: Bringing Up Bebe). Saya sendiri masih tidur satu kasur dengan Baby A karena ya memang belum ada kamar kosong untuk BabyA, insyaAllah kalau jadi pindah rumah tengah tahun ini, saya ingin coba dia tidur sendiri sebelum menyapih! Wish me luck!

*
Hmm mungkin itu saja dulu ya, haha. Terkadang kalau sedang ingat rasanya banyak sekali yang ingin ditulis, tapi ketika sudah dieksekusi ternyata "loh cuma segini?" haha. Well mungkin kalau ada yang ingat post ini akan diupdate, tentunya minor minor aja sih.

Jadi, apakah suka dengan update milestone seperti ini? Let me know what you think :)


CERITA KUE YANG JATUH

Thursday 14 May 2020


Hari ini baby A menumpahkan toples kue lidah kucing. Untungnya, hanya sisa sedikit sekitar 5 buah dan remeh temeh, karena sudah dicemilin oleh Akang semalam. Karena mood saya sedang biasa saja, saya juga menanggapi dengan biasa saja "yaah tumpah ya, nak." Karena saya sedang melakukan hal lain, saya biarkan dulu belum langsung dibereskan, toh cuma sedikit.

Kemudian saya mendengar kesunyian (kalo sunyi tuh pasti anak lagi ngelakuin sesuatu kan ? haha). Saya lihat ternyata baby A (16 bulan), lagi mungutin lidah kucing yang jatuh ke toplesnya, lalu menutup toples dan memberikan ke saya. Padahal saya belum meminta dia melakukan apa-apa. 

Meskipun masih ada sedikit sisa lidah kucing di lantai, tapi..

SAYA TERHARU :")

Selama ini, saya memang selalu meminta dia memungut atau membereskan apa yang dia tumpahkan. Meskipun misalnya dia hanya memungut 1 biji aja, gak apa-apa sisanya saya yang bereskan. Saya tidak pernah berharap banyak dari menyuruh anak seperti itu, toh dia masih kecil. Tapi ternyata, bagi anak-anak itu adalah pelajaran :")

Children see children do. Children do children learn. - Catatan Ibun
Tentang ekspektasi.

Cerita hari ini juga membuat saya berpikir, ternyata dengan punya ekspektasi yang wajar, itu bisa membuat bahagia sekali ya. Bayangkan kalau saya selalu berharap babyA jadi anak yang selalu rapi, teratur, apalagi expecting terlalu banyak di usia yang dini seperti sekarang ini, pasti saya kecewa berat, menyalahkan dan membanding-bandingkan anak. 

Hal ini juga berlaku dalam aspek perkembangan lain seperti berjalan, makan, membaca, dan lain-lain. Rasa-rasanya, seorang anak itu begitu sering dibebankan oleh ekspektasi, baik dari orangtua maupun masyarakat. Harus sama dengan teori, harus sama dengan anak orang lain, atau malah harus lebih baik dari yang lain. Tapi terkadang sebagai orangtua lupa, untuk mensyukuri hal kecil, to celebrate little things. Mungkin cerita saya ini lebay dan mungkin ada yang membenak, "yaelah anak gue juga gitu kali", tapi saya berusaha tidak membandingkan dia dengan siapa-siapa selain dengan dirinya yang sebelumnya, dengan ekspektasi yang wajar.
Keeping your expectation low, and you'll never be disappointed. - anonym
Sekian cerita hari ini, bagi saya ini salah satu kisah yang paling berkesan di perjalanan milestone babyA. Adakah yang punya cerita yang berkesan terhadap anaknya? Khususnya yang baru punya toddler nih, pasti banyak hal seru :D


BAGAIMANA MEMBUAT PERENCANAAN PERSALINAN? - lihat contoh birthplan yuk

Sunday 10 May 2020



Ketika saya mulai membaca dan belajar banyak tentang kehamilan, saya tersandung kepada yang namanya "Birth Plan" alias rencana melahirkan atau preferensi melahirkan. Hal ini adalah hal yang baru bagi saya, bahkan mungkin orangtua dan tante-tante saya tidak tahu mengenai hal ini (sepertinya it's a millennial mom thing, hahaha). Terlebih lagi di Indonesia, mungkin hal ini jauh lebih asing di telinga dibandingkan dengan di luar negeri seperti Amerika dan Eropa. Maka, apa itu Birth Plan?

birth plan is just that — a plan that communicates your wishes and goals for before, during and after labor and delivery - What to Expect
Menurut saya birth plan adalah rencana dan  preferensi ibu terhadap proses persalinan yang akan dihadapi yang dibuat untuk menyamakan ekspektasi dengan provider persalinan. Birthplan juga disebut Birth Preferences, atau preferensi melahirkan. Seperti yang diketahui, dalam sebuah proses melahirkan itu, ternyata ada banyak pilihan yang akan dilalui oleh ibu. Bukan hanya pilihan mau melahirkan caesar atau normal saja. Tetapi, ada banyak pilihan lain misalnya, siapa yang akan mendampingi ibu bersalin? mau dibius atau tidak? mau diinduksi atau tidak? mau diinfus atau tidak? dan masih banyak lagi. Khususnya ibu yang baru pertama kali melahirkan, pasti nge-blank banget gimana proses persalinan itu, ada tindakan apa saja? apa yang bisa dilakukan oleh saya? saya mau diapain aja?

birth plan is a document that lets your medical team know your preferences for things such as how to manage labor pain. - Baby Center
Sejak membaca buku-buku tentang melahirkan yang mengarah ke gentle birth, saya merasa Birth Plan ini merupakan sebuah hal yang cukup bisa menjembatani antara keinginan individu dari sang ibu dengan provider alias tempat bersalin, termasuk juga dokter/bidan. Provider setiap harinya melakukan proses melahirkan di rumah sakit atau klinik, hal ini sudah seperti rutinitas, sehingga ada prosedur-prosedur rutin yang bisa dilakukan. Tapi terkadang prosedur-prosedur tersebut bisa menghambat kenyamanan dan proses natural melahirkan itu sendiri. Sehingga, seringkali ibu tidak dapat merasakan indahnya momen melahirkan atau malah trauma karena tidak sesuai ekspektasi.



Bagaimana contoh birthplan?

Ada banyak sekali contoh birthplan yang bisa teman-teman gunakan. Saya pribadi, saya membuat birthplan dari beberapa referensi, yakni dari Baby Center, Bidan Kita, dan contoh birthplan orang lain yang saya temukan di google. 


Aplikasi baby center ini adalah aplikasi favorit saya dari sejak kehamilan hingga bayi sudah lahir. Nah enaknya, di aplikasi Baby Center ini kita bisa membuat Birthplan kita sendiri. Kalau mau buat birthplan dari Baby center bisa klik di sini. Nanti akan ada pertanyaan pilihan seputar preferensi melahirkan dan nanti akan keluar sebuah PDF hasil dari preferensi melahirkan kita. Sayangnya, di Baby Center ini birthplan-nya berbahasa inggris. Tapi, jika ingin membuat yang berbahasa Indonesia, bisa baca buku dari bu Bu Yessy Aprilia di situ ada contoh birthplan. Atau bisa juga lihat birthplan punya saya berikut ini:

Nah di atas ini contoh birthplan saya. Saya mengadaptasi birth plan ini dari file yang diberikan oleh Baby Center (desain dan templatenya saya pakai). Karena baby center itu bahasa inggris, jadi saya terjemahkan menjadi bahasa Indonesia (karena kan dokter saya orang Indonesia hehe). Tapi saya juga memasukkan poin-poin yang menurut saya perlu dimasukkan yang saya ambil dari buku dan referensi lain.

Birth Plan ini pasti akan beda-beda setiap orang ya, karena tidak ada yang namanya paling ideal kalau dalam hal ini karena preferensi setiap orang beda-beda. Bisa jadi memang pilihan pertama sang ibu adalah operasi Caesar (karena memang sudah terdeteksi kehamilan beresiko, seperti kembar, BB kecil, dsb). Yang penting, birthplan ini bisa menjadi jembatan untuk menyamakan ekspektasi khususnya terkait prosedur antara ibu dan provider (RS/klinik).

Bagi saya, birthplan ini cukup bermanfaat untuk saya memutuskan di mana tempat saya melahirkan, karena saya ingin mengusahakan melahirkan normal karena alhamdulillah tidak ada resiko atau kondisi yang membuat saya harus operasi caesar. Birthplan bisa ditanyakan ke dokter atau provider yang bersangkutan kapan saja, saya sendiri menanyakan mengenai birthplan ketika usia kandungan 35 minggu, di akhir trimester 3. Kemudian ada baiknya juga birthplan diingatkan kembali saat sudah proses persalinan berlangsung, karena di beberapa cerita yang saya dengan bisa saja provider lupa (karena kan sudah rutinitas).


Tentu birthplan ini mungkin adalah ideal bagi masing-masing ibu, tetapi jika takdir berkata lain, ibu juga harus bersiap untuk ikhlas dengan kondisi yang ada. Misal, ternyata ada kondisi ketuban pecah dini, atau ternyata pembukaan sudah berlangsung sangat lama sehingga harus operasi caesar. Menurut saya, ibu paling tahu mana yang terbaik untuk dirinya dan anaknya, dan dokter pun sudah berpengalaman terhadap banyak persalinan. Yang penting seorang ibu harus memberdayakan diri, cari ilmu sebanyak-banyaknya tentang persalinan, jangan sampai pasrah dan tidak tahu tindakan apa saja yang dilakukan oleh provider terhadap dirinya. Melahirkan ini prosesnya cepat sekali, tapi sangat membekas selamanya, baik itu membekas di fisik maupun mental. Maka dari itu carilah persalinan yang ternyaman yang bisa diusahakan, cari persalinan yang minim intervensi, minim resiko dan minim luka. 

Melahirkan itu sakit? Pasti! Gak ada yang boleh bohong. Tapi seberapa sakit? itu yang bisa kita kontrol sebagai ibu, khususnya dikontrol dari pikiran ibu. Pikiran yang tenang dan mental yang siap, bisa membuat persalinan menjadi lebih nyaman dan minim trauma.

Untuk yang sedang mempersiapkan persalinan, semangat yaa! Ibu pasti bisa!

The mind of a woman in labor is power unestimated.

APAKAH DECISION MAKING SEBUAH LIFE SKILL? - dan apa kaitannya dengan minimalism

Sunday 3 May 2020

Menjalani kehidupan sehari-hari sebagai ibu rumah tangga, membuat saya sadar kalau telah melalui banyak sekali decision making alias pengambilan keputusan. Setiap harinya tentu banyak sekali pilihan yang harus saya buat meskipun itu adalah sebuah rutinitas. Tidak hanya ibu rumah tangga si, tetapi semua orang pun pasti menjalani hari-hari dengan pengambilan keputusan. Bukan cuma hal-hal besar seperti "mau membesarkan anak dengan cara apa?", tapi juga hal yang kecil setiap hari seperti, mau makan apa, mau masak apa, mau pakai baju apa, mau mengerjakan apa dulu? Decision making pasti ada tapi tingkat kesulitan dan kekompleksan pilihan lah yang membedakan setiap pengambilan keputusan setiap orang.
de·ci·sion-mak·ing
/dəˈsiZHənˌmākiNG/
noun
  1. the action or process of making decisions, especially important ones.

Saya menulis ini karena menyorot sosok seseorang di Instagram yang mengatakan bahwa kenapa ada ibu rumah tangga yang anaknya satu saja repot banget bilangnya gak ada waktu, ga bisa pakai clodi, ga bisa masak, sedangkan banyak kok yang anaknya 4 lebih, meski tanpa pembantu juga bisa menajadikan anaknya hafidz hafidzah Al-Quran, memasak setiap hari dan lain-lain. Sejujurnya saya tertohok, karena anak saya baru satu dan sering juga sih mengeluh meski ujung-ujungnya saya kerjakan juga semua pekerjaan rumah. Saya hanya bisa membayangkan menjadi ibu dengan 4-7 anak tanpa pembantu, mencoba memvisualisasi kegiatan hariannya. Pasti dia setiap harinya sudah tau apa yang harus dilakukan, dia bisa mengambil keputusan dengan cepat, mau belanja apa yang bisa ia siapkan untuk makan 2-3 hari ke depan, bisa mengambil keputusan anak mau pakai baju apa, anak berkegiatan apa hari ini, bisa mengambil keputusan mau mengerjakan apa saja hari ini. Semua dilakukan dengan cepat.

Saya jadi menyadari, bahwa pengambilan keputusan, khususnya pengambilan keputusan dengan cepat (dan baik) adalah life skill yang perlu dipelajari bagi semua orang dan perlu ditanamkan sejak dini. Biasanya, skill decision making ini diutamakan untuk para pekerja atau eksekutif, tapi sebenarnya decision making ada di setiap aspek kehidupan kita. Bayangkan kalau kita selalu pusing 15 menit setiap kita ingin melakukan sesuatu (selain pekerjaan), berapa banyak waktu dalam hidup kita yang terbuang?

Decision making is the process of making choices by identifying a decision, gathering information, and assessing alternative resolutions. Using a step-by-step decision-making process can help you make more deliberate, thoughtful decisions by organizing relevant information and defining alternatives.
Sumber: link

Decision Making dan Minimalism


Pernah terpikir kah, mengapa Steve Jobs dan Mark Zuckerberg bajunya polos-polos aja? Pertama kali saya tahu soal gaya hidup minimalism, adalah pertanyaan mengapa orang-orang dengan high level of decision making seperti Steve Jobs cuma pakai model baju polos dan itu-itu aja? Ternyata, dengan ia punya baju yang itu-itu aja, ia tidak harus memusingkan "pakai baju apa lagi hari ini?" atau"apakah pasangan baju ini tepat?" selama setiap pagi. Hal ini membuat dia bisa berkonsentrasi membuat keputusan ttg hal lain yang lebih penting dalam hidupnya. Bayangkan setiap pagi kita selalu pusing 15 menit "pakai baju apa hari ini?", dikali 30 hari, kita menghabiskan waktu 7,5 jam dalam sebulan hanya untuk bingung pakai baju apa. 

Menurut saya, selain kita perlu mengasah kemampuan decision making, kita juga perlu meminimalisir timbulnya pilihan. Dengan meminimalisir pilihan yang ada, kita bisa menghemat waktu dan fokus kepada hal yang lebih penting seperti di atas. Bagaimana cara meminimalisir pilihan yang ada? Contohnya seperti baju Steve Jobs tadi, dengan memiliki barang-barang yang minimal, senada, tidak terlalu banyak jenis, dan essensial. Hal ini sangat berkaitan dengan gaya hidup minimalism.

Saya sendiri telah mulai menerapkan minimalisme sejak berkenalan dengan gaya hidup Zero Waste. Untuk yang memulai Zero Waste, pasti di suatu poin akan merembet ke gaya hidup minimalisme. Saya sendiri cukup mendapatkan banyak manfaat dari minimalisme ini. Saya mulai hanya mengumpulkan baju-baju saya yang memang spark joy, dan sewarna. Kebetulan saya suka abu-abu dan navy, jadi ya hanya itu saja warna baju, celana, jilbab saya, paling ada warna hitam dan putih sebagai netral, hanya modelnya saja yang berbeda. Andai di dunia ini penampilan wanita tidak begitu dipedulikan, mungkin saya akan memilih punya satu model baju saja, atau baju yang sama persis. Sebagai orang yang dulunya cukup lama dalam memutuskan baju, saya sangat terbantu dengan cara ini. Saya jadi tidak pusing mix and match baju, karena pasti match semua warna baju saya.  Saya jadi bisa menhemat waktu dan fokus decision making saya yang lain seperti "kasih makan anak apa hari ini?" "bikin aktivitas apa dengan anak hari ini?" dan masih banyak lagi!

In the words of Simon McKeon, Chancellor of Monash University:
‘The only person we spend our entire lives with is ourselves… deep down, we need to be fundamentally satisfied with the decisions we make’.Sumber: link

Decision making dan parenting

Saya menulis ini karena, saya menyadari bahwa saya perlu meningkatkan skill pengambilan keputusan. Saya itu, orang yang kurang kuat pendiriannya! Karena kecenderungan saya overthinking dan perfeksionis, saya kadang lama dan ragu untuk mengambil keputusan apalagi kalau tidak ada yang memberi advise. Bahkan ketika di supermarket, jika saya sendirian itu saya bisa menghabiskan 1-2 jam, makanya saya lebih suka belanja dengan suami, atau belanja online. Jujur sifat keragu-raguan saya mungkin disebabkan karena orangtua saya seringkali mengomentari pilihan-pilihan saya, sehingga saya seringkali tidak percaya diri. Bukan serta merta menyalahkan, tapi memang itu yang saya rasakan, meski saya sudah berusaha untuk belajar mengambil keputusan dengan cepat. 

Karena merasa seperti itu, saya juga ingin mengasah kemampuan ini kepada anak saya. Meski saya belum tahu benar bagaimana cara yang tepat untuk melakukannya, saya bisa melakukan hal-hal seperti, menanyakan pilihan antara dua benda "mau main yang mana?", dan meminimalisir judging ketika anak memilih atau melakukan sesuatu. Mungkin jika babyA sudah lebih besar, dan saya sudah menemukan bacaan yang asyik, saya bisa share tentang bagaimana melatih decision making pada anak. (ingetin ya hahaha)

Ngomong-ngomong bisa baca sekilas:
Understanding decision-making an important life skill
**

Bagaimana dengan teman-teman pembaca? Apakah menurut teman-teman decision making itu merupakan sebuah life skill yang penting?

7 APLIKASI BAGUS BUAT MILLENNIAL PARENTS (GRATIS)

Saturday 2 May 2020


I love being a millennial mom! haha. Jaman ini serba canggih, semua kebutuhan  gak perlu repot2 catat sana sini, baca sana sini. Semua tinggal dilakukan di HP aja, karena semua ada appsnya. Nah saya mau share beberapa aplikasi HP favorit saya yang membantu banget untuk memantau tumbuh kembang dan juga kesehatan anak. Ohya, kenapa saya bilangnya orangtua, karena gak cuma buat ibu-ibu aja ya, bapak-bapaknya juga boleh punya nih, masa tutup mata sama perkembangan anaknya hehe. Ohya setau saya aplikasi-aplikasi ini ada di andorid dan dan juga apple yaa.

1. Primaku

"Bun, kata tetangga, anak saya kecil, pasti ASInya kurang. Katanya suruh tambah sufor aja."

Buibu pakbapak, kriteria anak sehat itu bukan dari omongan tetangga ya, tapi dari Grafik! Grafik yang umum dipakai itu biasanya grafik WHO. Kalau grafik anak tetap naik sesuai minimal perbulan, tandanya ASI/sufor pasti cukup. Nah, jangan males dulu kalau gak bisa baca grafik, karena ada Aplikasi Primaku.

Di Primaku ini ada pencatatan BB, TB dan LK anak, yang otomatis di plot ke grafik. Jadi tinggal input aja tanggal sekian pengukuran anak kita berapa aja, nanti udah langsung jadi grafik, jadi bisa tahu tren grafik anak kita terus naik atau melandai. Biasanya kalau melandai ini lebih baik konsul ke dokter anak untuk tahu rekomendsi nutrisi yang lebih baik atau screening masalah kesehatan.

Selain itu juga ada pengecekkan tumbuh kembang anak sesuai usianya. Ini wajib punya banget deh buat parents, karena . Jadi kalau ada tetangga ngomong, anaknya kecil, anaknya telat jalan, coba deh buka HP, tunjukin aja hasil appnya! haha



2. Baby Center

Saya cinta sekali dengan aplikasi ini! Menurut saya ini aplikasi yang wajib punya banget. Mulai dari pregnancy milestone, kick counter,  contraction timer semua ada di sini. Mulai hamil, tampilan akan menjadi timeline kehamilan. Bayi seukuran apa, apa saja yang terjadi, symptom apa yang akna dirasakan oleh ibu, dll. Nah ketika sudah melahirkan, tampilan akan berubah menjadi perkembangan anak setiap minggunya, dan artikenya bagus-bagus sekali! Sangat related dan modern dan lengkap! Sayangnya entah kenapa kalau di appsnya, timeline bayi yang ada artikel mingguannya cuma sampai baby 1 tahun, tapi tenang, kalau subscribe emailnya, akan dikirimkan email juga kok tentang perkembangan anak lebih dari 1 tahun, dan juga ada semacam "birth club"nya gitu, jadi semacam milis ngobrol sesama ibu-ibu yang anaknya seusia, jadi bisa tanya masalah anak, atau tau bayi lain lagi ada masalah apa, dan seringkali solusinya relevan banget sama yang kita sedang alami.

Saya masih keep aplikasi ini karena saya masih suka search artikel jika saya bingung seesutu. Again,  karena lengkap banget. Misalnya "jadwal tidur anak 15 bulan" pasti ada, dari perkembangan, resep makan, sleep training, potty training, baby sign, stimulasi anak, bahkan sampai rekomendasi barang yang dibutuhkan anak, ada semua serius, paling tidak 90% yang kita search pasti ada deh. I LOVE IT!



3. CDC Milestone 


Ini adalah aplikasi resmi dari CDC (Center of Disease Control), memang ratingnya masih sedikit sih dan sepertinya tidak terlalu populer, tapi saya kasihtau apa yang saya suka. Aplikasi ini mengecek milestone anak sesuai usia. Sebenarnya di aplikasi Primaku ada,  bedanya adalah, di sini ada video-video contoh perilaku anak yang bisa ditonton, jadi gak bingung, maksudnya poin ini apa? maksud poin itu apa?. Seperti Baby Center, aplikasi ini berbahasa inggris, tapi bahasanya mudah kok, bisa lihat contoh di bawah, ada contoh poin pengecekan perkembangan.

Selain CDC milestone ini sebenarnya CDC juga mengeluarkan aplikasi Growth, semacam aplikasi Primaku versi luar negeri, tapi saya tidak pakai karena saya rasa sudah cukup menggunakan aplikasi Primaku saja, dan untuk grafiknya agak sedikit berbeda dengan grafik yang dipakai di Primaku. Di Primaku juga lebih user friendly dari aplikasi Growth yang saya maksud, jadi tidak saya gunakan.



4. Chai's play

Aplikasi ini berisi rekomendasi permainan atau stimulasi anak sesuai dengan usianya. Jadi, para parents gak perlu bingung harus stimulasi anaknya ngapain? Sesuai gak sama usianya? Karena di apps ini ada semua rekomendasinya. Di kala pandemi ini khususnya buat parents yang biasanya working, aplikasi ini jadi berguna biar  gak bosen di rumah aja, karena ada ide bermain anak.

Selain Instagram Chai's Play juga lumayan informatif, sering share beberapa permainan seru yang bisa dilakukan dengan anak. Instagramnya bisa di cek di sini. Jangan lupa, aplikasi ini gratis hehe. Jujur memang ada aplikasi lain yang lebih bagus dan lengkap, yang memang fokus untuk edukasi bayi dan anak,  dan memang aplikasi seperti itu biasanya berbayar langganan tahunan, tapi saya belum pernah coba investasi ke sana, saya masih coba di Chai's Play dulu, karena mikirnya, di aplikasi yang gratis ini aja kadang banyak mainan yang saya gak coba juga, apalagi berbayar hehe.


 

5. Halodoc

Buat parents baru yang panikan kayak saya, Halodoc ini membantu banget. Pasalnya, saya suka tanya-tanya banyak hal ke dokter. Kalau ke RS, saya punya list panjang buat ditanyain, dan bisa setengah jam sendiri konsultasinya. Nah, pake Halodoc ini biar kita bisa konsultasi online dengan dokter anak atau dokter apapun deh, biar kita gak perlu ke buru-buru ke RS kecuali untuk hal-hal yang urgent. Misalnya, saya cuma ingin memastikan jadwal vaksinasi "boleh ditunda gak ya dok?" atau "jadwalnya sudah benar belum ya dok?", atau "dok, ini anak ada merah-merah gini kenapa ya?", soalnya di Halodoc bisa kirim foto juga hehe. Pokoknya dari hal penting sampe gak penting (tapi menurut saya penting) ditanyain, haha.

Dan ternyata di masa pandemik gini, Halodoc kepake banget, karena kan kita disuruh di rumah aja, tapi kan butuh konsul juga dengan dokter. Menurut saya, kalau misalnya kurang sreg dengan jawaban dokternya, kita bisa konsul sama dokter lain kok, biasanya saya begitu haha, buat cari second opinion aja sih, apalagi jika diresepi obat. Biasanya kalo rekomendasi treatmentnya sama, ya saya ikuti, kalau tidak, ya sesuai feeling feeling masing-masing aja hehe biasanya ibu-ibu tau kok apa yang terbaik buat anaknya.

Terkait biayanya, Halodoc ini masih sering ada promo jadi gratis hehehe. Tapi kalau gak promo, saya pernah coba konsul DSA biayanya 25rb untuk satu sesi 30 menit. Masih lebih murah daripada konsul ke RS kan, mana ngantri pula, hehe save time save money.


6. Flo

Kalo ini, khusus untuk para ibu-ibunya yaa.
Sudah haid tapi belum KB? Atau malah lagi usaha ingin punya anak, Flo ini mencatat tanggal menstruasi para moms nih. Udah agak gak jaman nih catet-catet kalender, haha. Kalo di Apps ini selain bisa reminder juga kapan mens, bisa juga cek kapan masa subur kita. Kemudian juga banyak artikel-artikel tentang kesehatan reproduksi yang bisa moms baca, kadang juga ada diagnosis apakah haid mom termasuk normal atau agak kurang normal dan rekomendasi untuk cek ke obgyn atau tidak.

Sepengalaman saya, aplikasi ini perhitungannya akurat. Semakin kita mengisi data dengan lengkap seperti symptom haid, volume haid, kapan berhubungan suami istri, perhitungan akan semakin akurat. Kalau kita telat haid, ada reminder suruh test pack juga, hehe. Di aplikasi ini juga bisa berubah menjadi pregnancy mode alias mode hamil lho. Kalau kita sudah menyatakan hamil, tampilan akan berubah jadi mode hamil di mana ada track pertumbuhan janin setiap harinya.

  Period Tracker Flo, Ovulation Calendar & Pregnancy v4.25.1 Premium ...

7. Atmosphere

Siapa mau anak tidur pules sehingga parents juga bisa tidur pules? Sayaaa. HEHE. Sejak tau tentang Baby Sleep, saya jadi mendewakan pentingnya tidur pada anak. Bayangin, tidur ternyata ngaruh banget ke pola makan, perkembangan, mood, dll! Pastinya juga ngaruh ke kewarasan ibu bapaknya. Bayangin kalo anak tidur sebentar-sebentar doang atau tiap jam bangun minta nyusu. Pasti capek, udah gitu baby blues, duh pokoknya gak enjoy banget (keinget masa-masa itu hehe).
Untuk anak dengan easy temperament sih biasanya gak ada masalah sleep, tapi kalo kayak BabyA yang merupakan spirited baby, waduh saya pernah sampe ga punya waktu sama sekali karena tidurnya kacau. Tidur sebentar-sebentar lah karena gampang bangun oleh suara kecilpun. 
Nah aplikasi ini bagus banget untuk menyetel White Noise untuk membuat tidur baby lebih nyenyak dan tidak terganggu. White noise ini adalah suara statis kumpulan dari berbagai macam suara dengan frekuansi berbeda-beda. Efeknya menenangkan bagi bayi, karena di rahim pun bayi mendengar suara bergemuruh dalam perut. Contoh white noise lain adalah hujan, vacum cleaner, kipas angin, dsb. Kalau mau tahu tentang White Noise dan Baby Sleep, soon saya akan bahas di blog dan update dengan link blog saya ya. Saya juga pernah bahas Baby Sleep di Instagram highlight saya, bisa cek di sini

Aplikasi ini gratis lho, tapi punya suara-suara yang lengkap banget, dari suara hujan, white noise,  alat musik, underwater, dan suara binatang ternak juga ada hehe. Dan juga suaranya bisa di combine antara berbagai macam suara dan bisa pakai timer juga, jadi misal mau tidur siang kira-kira 1,5 jam, ya pasang timer 1,5 jam aja jadi ga usah bolak balik matiin. Simpel dan sesuai banget dengan yang saya butuhkan!

Tampilan Aplikasi White Noise Atmosphere Iphone

*
Aplikasi di atas semua gratis, meski ada in app purchase seperti untuk menghilangkan iklan atau mengambil fitur yang lebih lengkap. Tapi bagi saya fitur dasarnya sudah lengkap dan berguna sekali.
Sebenarnya banyak sekali aplikasi-aplikasi parents yang lain, misalnya kayak feeding tracker, saya pernah pakai juga waktu mau ngitung frekuensi dan jadwal minum baby, tapi saya gak rutin jadi ya saya hapus karena dihitung manual juga bisa hehe. Saya sempat download aplikasi sejenis di atas juga, tapi hanya aplikasi-aplikasi di atas ini yang masih bertahan di HP saya, dan masih sering saya buka untuk tahu informasinya.

Adakah yang pakai aplikasi yang sama? Atau ada rekomendasi aplikasi yang berbeda? Tulis di komen yaaa :)

© Catatan Ibun | Parenting and Mindful Living • Theme by Maira G.