SLIDER

BABY A 18 MONTHS - milestone series

Friday, 17 July 2020


Yippie A sudah 1,5 tahun! Waktu usia 15 bulan, saya udah rada blank gitu Afka umurnya berapa, kalo ditanya "usia brp anaknya bu?" saya malah jawabnya 1,5 tahun hahaha, lieeuur. Akhirnya kali ini bener-bener bisa nyebutin kalo anaknya 1,5 tahun. Mari kita lihat udah bisa apa aja ya si Afka hehe

Sebenarnya perkembangannya cukup lurus aja dengan dua bulan kemarin, masih berkutat di bahasa. Nah, bulan ini Afka jadwal vaksin dobel, yaitu DPT booster dan IPV. Alhasil demam, rewel dan gamau makan huhuh. Tapi kok..setelah itu tiba-tiba tambah pinter ya? Hahaha ada yang ngerasa gak sih tiap anaknya disuntik trus tambah pinter, seinget saya setiap Afka disuntik yang bikin demam tuh beberapa hari kemudian ada aja kemampuan barunya hahaha.

Waktu di suntik, kan dobel paha kanan kiri, dia jerit lah kayak biasa. Pas udah disuntik yang ke dua dia bilang:
"Udah udah udah"
"tutup tutup tutup" (minta tutup celananya) 
hahaha ampun maaf ya nak :")

Sumpah ya sejak dia bisa ngomong, saya benar-benar merasa lagi ngomong sama teman. Saya ngomong apa dijawab, saya tanya apa dijawab. Meski bahasanya masih bahasa bayi, tapi kadang ada kosa kata yang "anak gede" juga sih. Percakapannya mulai tek tok lebih cepet. Yaampuuun anakku sudah gede :""

Bisa Mengucap "Please"
Pengucapan "please" ini ada progresnya. Awal-awal lancar bahasa isyarat bayi, dia bisa ngomong please tapi harus disuruh, lalu bisa mengucapkan please pake baby signs tanpa disuruh.
Nah skrg dia bisa bilang "piish piish" sambil baby sign "please". Yaampun gimana ibun gak luluh. Dia udah ngucap magic words nya haha. Selama saya masih bisa toleransi dan bisa kasih pengertian, saya kasih lah keinginannya hehe.

Bisa Ngikutin Lagu Tahu Bulat 
Kaget sih tiba-tiba pas abangnya "lima ratusan", eh trus duluan disahut "guyih guyih noy" (gurih gurih enyoy). Abis itu karena lagunya diulang, dia jg bs bulang "tahu buyat", terus "totong totong" (sotong sotong goreng). Hahaha nih anaak kocak bgt

Bisa Pakai Sarung
Iya ceritanya dia punya sarung karet buat ikut saya dan suami solat. Dia itu udah lancar buka celana sendiri, nah dia mulai tertarik pakai celana sejak saya ajarkan kalau pakai celana duduk di pinggir kasur (kasurnya di lantai), tapi kalau celana, dia itu masih suka nyangkut di satu bolongan haha, sedangkan kalau pakai sarung dia bisa, tapi agak belum pas di bagian pantat sih haha. Mungkin kalau anak cewek udah bisa kali ya pake rok sendiri sehari hari hehe.

Bisa Mengucapka "Nggak"
Bulan-bulan kemarin, kalau dia menolak sesuatu, dia cuma geleng2 sambil bersuara penolakan. Sekarang dia bisa bilang enggak. "Ibun matiin lampu ya." "nggak nggak nggak". Pokoknya sekarang tetiba bedtime jadi rada drama dikit karena dia gamau matiin lampu :))))

Bisa Sedih. Sedih Aja.
Kalau permintaannya ditolak, dia bisa cuma nunduk aja atau nutupin muka, sambil kayak sedih gitu. GAK NANGIS. Kecuali kalau kita menyebut "afka nangis?" dia langsung beneran nangis hahaha. 
Yaampun biasanya kalo bayi kan ditolak apa langsung nangis kan, trus kalo saya sih biasanya kuat iman liat babyA nangis. Nah ini dia kayak cuma sedih aja gitu loh! wkwkw disitu malah saya gak kuat iman cuuuy kasian banget gitu

Bisa Makan Pedas dan Ngomong Pedas
Hahaha, ini tuh kocak. Dia kan emang suka penasaran sama sambel atau makanan yang saya bilang pedes (kadang saya boong juga sih). Kadang ga sengaja aja dia nyolek sambel dan biasanya dia teriak, panik, trus jilat2 baju aku biar pedasnya keluar hahaha. Nah sekarang dia kayak mau menantang dirinya, dia beneran mau yang agak pedas, aku kasih bener-bener secuil makanan yang mengandung pedas, trus dia cuma "haaah edesh" sambil ngipas2 tangan. Habis itu minta lagi HAHAHA

**
Saya bersyukur sekali babyA sekarang sudah lancar berbicara, kakek neneknya juga bangga sama dia haha. Eh tapi disamping itua ada juga sih yang bikin saya deg-degan, masih takut kalo-kalo baby A ngomong kalo ada "sesuatu" di rumah hahaha (baca juga: Gimana ya Kalo Anak Melihat Sesuatu?)
Semoga engga ya, soalnya bentar lagi pindah rumah haha. Doakan aja guys :")

KENAPA MANUSIA BUTUH CORAL? - cari tahu cara menyelamatkan terumbu karang

Monday, 13 July 2020


Kapan pertama kali teman-teman melihat coral atau karang? Kayaknya saya dulu pertama kali lihat di Sea World, terakhir kali waktu snorkeling di Nusa Penida. Beberapa hari lalu, saya nonton film Chasing Coral di Netflix, film ini udah lama banget masuk list saya, karena katanya recommended, apalagi untuk teman-teman yang mungkin concern dengan lingkungan. So, di sini saya akan review sedikit tentang film Chasing Coral.

Film ini menurut saya memang bagus dan saya merekomendasikan film ini untuk ditonton. Kebanyakan film dokumenter itu agak membosankan gitu ya, tapi film ini tidak begitu. Menurut saya menggugah, dan malah bikin nangis. Haha, kenapa? Nanti diceritakan. Film ini intinya mengisahkan tim penyelam dan fotografer yang membuat dokumentasi sebuah fenomena koral dititik yang sama terus menerus selama satu musim. Dan hasilnya, ternyata perubahannya begitu drastis dan menyedihkan.

Fun Fact: Karang itu hewan, bukan tumbuhan.

Coral atau karang (as in terumbu karang, alias coral reef) adalah..

invertebrata laut yang termasuk dalam kelas Anthozoa dari filum Cnidaria. Mereka biasanya hidup dalam koloni yang padat dari banyak polip individu yang identik. Koral mencakup pembangun terumbu karang yang mendiami lautan tropis dan mengeluarkan kalsium karbonat untuk membentuk kerangka keras. Wikipedia

Sejak kecil, saya tahu kalau coral itu harus dilindungi, gak boleh dipegang lah, gak boleh mengambil dan memelihara coral lah. Saya kira dulu coral harus dilindungi sebatas karena mereka makhluk hidup aja gitu.
Tapi ternyata, manfaat coral itu terlalu besar untuk kehidupan manusia! Dan sedihnya lagi, ternyata manusia membunuh mereka secara tidak langsung :((((

Waktu nonton Chasing Coral, saya baru tahu kalau ternyata lautan berpengaruh sangaaat besar untuk menyerap panas bumi. Bayangkan asap-asap pabrik, karbon kendaraan dan CO2 yang terperangkap dalam efek rumah kaca di permukaan bumi, ternyata sebagian besar panasnya diserap oleh lautan. Efeknya, suhu lautan meningkat 1-2 derajat akibat global warming.

"Ah 1-2 derajat kan kecil, efeknya apa?" 

ITU NGGAK KECIL ESMERALDA. (lah ngegas)

Bayangkan, badan kita naik 1 derajat dari 37 jadi 38, pasti kepala udah sumeng-sumeng, pusing, badan nyeri kan? Nah ini lautan juga begitu. Dan yang paling berpengaruh ternyata adalah CORAL.
Kenaikan suhu laut itu membuat fenomena yang namanya "coral bleaching", alias coral menjadi putih sebelum akhirnya mereka mati.


Not so fun fact: warna putih itu ternyata penampakan tulangnya mereka, karena ketika kepanasan dan tidak berfotosintesis, kulit mereka menjadi transparan. Ugh sedihnya! 

KENAPA SIH MEREKA YANG HARUS MATI BUKAN KITA?? :(

Tau gak sih, jika lautan tidak menyerap panas dari asap-asap bumi, suhu bumi bisa menjadi 150 derajat Celcius? Can you imagine that?
Harusnya manusia sendiri yang mati kepanasan karena ulahnya! 
Saya sampe nangis sendiri nonton Chasing Coral, apalagi Afka sempat nanya “itu apa?” karena saya nonton pas Afka lagi main. Saya jadi merenung, apa Afka masih bisa sempat lihat Coral ya nanti kalau sudah lebih besar? :(  huhuhu 

Setiap tahunnya semakin banyak Coral Bleaching yang terjadi di dunia akibat global warming. Dalam 20 tahun ke depan jika tidak ada penanganan, kata peneliti, 80-90% coral di dunia akan musnah. 


Jadi sebenarnya apa manfaat coral untuk manusia?

Pernah dengar kan, terumbu karang itu mencegah terjadinya erosi dan ombak besar di pantai? Ternyata selain itu coral punya manfaat lebih besar lho. Coral bersimbiosis mutualisme dengan alga-alga, bakteri, tanaman laut untuk menghasilkan oksigen. Yes, selain pohon dan tanaman, ternyata 50-80% oksigen yang kita hirup juga dihasilkan oleh tumbuhan laut, lho.  Jadi terumbu karang itu ibaratnya seperti hutan di dalam laut.
Selain itu, coral juga berfotosintesis untuk menghasilkan makanan buat ikan-ikan kecil. Coral juga merupakan tempat hidup ikan-ikan kecil. Ikan kecil makanan ikan apa? Tentu saja ikan yang lebih besar. Ikan-ikan itu yang menjadi makanan manusia, ditangkap, dijual, jadi mata pencaharian. Kalau coral musnah, ikan akan habis juga, bagaimana kehidupan manusia selanjutnya? 
Mari kita renungkan :(

Musnahnya satu ekosistem berdampak bagi ekosistem lain. - Chasing Coral Movie

Jadi bagaimana cara menyelamatkan terumbu karang?

Well, secara umum kita harus menghentikan Global Warming. Sounds big, huh? Tapi setiap langkah kecil individu berpengaruh kok! Paling tidak, kita memperlambatnya dan tidak memperburuk
Ada beberapa hal yang sepengetahuan saya bisa kita lakukan, minimal untuk kita yang tidak terjun langsung menyelamatkan lingkungan laut.
Untuk yang terjun langsung ke laut seperti nelayan, pelayaran, please do save boating, safe fishing, etc.

1. Donasi Blue Carbon dan Volunteer Penanaman Coral

Biasanya ada acara volunteering untuk menanam coral atau membersihkan pesisir pantai. Tapi berhubung sedang pandemi, kayaknya belum ada lagi yang seperti itu. Saya sendiri belum pernah berkesempatan ikut volunteer. Tapi, saya tahu ada tempat di mana kita bisa berdonasi menanam Coral. Cek berikut ini ya. Saya sendiri pernah berdonasi di Cleanomic ini.

2. Menjaga Hutan, Menanam Pohon/ Donasi Pohon

Seperti yang kita tahu, atau secara logika aja deh, keberadaan pohon dan hutan itu penting sekali untuk menjaga suhu bumi. Dengan menanam pohon, akan bisa mengurangi panas bumi, sehingga panas yang akan diserap laut akan berkurang pula. 
Sayangnya, hutan skrg malah banyak yang dibakar untuk pembangunan (gila ya manusia tuh mau bunuh diri apa gimana). Nah teman-teman bisa menanam pohon, minimal 1 pohon di rumahnya, kalau tidak ada lahan bisa berkebun dan perbanyak tanaman hijau. Teman-teman juga bisa juga berdonasi pohon, contohnya seperti di Sustaination (bisa klik link ini) ada donasi pohon yang bisa ditambahkan ketika berbelanja. Mulai 5000 rupiah saja kok.
Gak ada uangnya? teman-teman bisa ganti web browser utama dengan Ecosia. Dengan browsing dengan Ecosia, teman2 bisa berdonasi pohon untuk sekian kali pencarian.

3. Kurangi Sampah

Selain sampah bisa mencemari laut dan merusak karang, sampah yang tidak terpilah dan bercampur di TPA bisa menghasilkan gas metana yang berperan besar dalam peningkatan panas bumi. Pernah dengar berita TPA Leuwi Gajah Bandung meledak kan? 
Teman-teman bisa mulai belajar memilah sampah, atau memulai mengurangi sampah atau menjalani gaya hidup Zero Waste. Tentang pilah sampah dan Zero Waste bisa lihat di sini: Pengalaman Zero Waste Satu Minggu pt. 1

4. Mengurangi Pemanasan Global dari Gaya Hidup Sehari-hari

Kurangi penggunaan listrik, kendaraan pribadi, dan kurangi carbon footprints (jejak karbon). Ganti lampu jadi yang energy efficient, kurangi makan daging hewani, beli barang-barang lokal yang lebih ramah lingkungan juga, stop buying fast fashion. Nah di bagian ini mah banyak banget sebenarnya yang bisa dilakukan, perlahan tapi pasti aja ya. Saya pun juga masih belajar.
Jika teman2 mampu, teman2 juga bisa beralih menggunakan listrik dengan solar panel, atau mendesain rumah dengan ramah lingkungan seperti banyak ruang terbuka sehingga meminimalisir penggunaan lampu dan penyejuk ruangan.

5. Jangan Merusak Karang Saat di Laut.

Jangan Pakai Sunscreen
Kalau teman-teman suka berenang di laut, lebih baik tidak usah pakai sunscreen. Atau teman-teman pilih sunscreen yang bebas bahan kimia berbahaya untuk coral.
Kalau saya sendiri memilih tidak pakai sunscreen karena sunscreen itu tidak ada yang benar-benar bisa dipakai di air dan bakal luntur juga. 

Jangan Sentuh
Jangan sentuh terumbu karang jika sedang berenang. Karang itu binatang guys, kecil-kecil yang terdiri dari polyp. Kalau dipegang dia bisa gampang sekali rusak alias mati :(


**
Sekian pembahasan dari saya yg awam ini hehe. Maaf ya kok bahasannya jadi berat dan terkesan lebay hehe. Ternyata semua berhubungan, satu ekosistem berpengaruh ke ekosistem lain, dan setiap tindakan yang dilakukan manusia berdampak juga bagi makhluk hidup lainnya. Moga-moga kita bisa mulai peduli dan melakukan tindakan preventif yang feasible untuk dilakukan. Sedikit demi sedikit tidak apa-apa hehe.

Apakah teman-teman sudah menonton film dokumenter Chasing Coral?
Bagaimana pendapat teman-teman soal efek global warming terhadap terumbu karang? Tinggalkan komen ya :)

SATU TAHUN PAKAI MENSCUP!! - keuntungan menggunakan menstrual cup

Friday, 3 July 2020

Bulan Juni lalu menandai satu tahunnya saya pakai menstrual cup! Yaay! Rasanya bangga (cie) dan lega banget loooh, karena tujuan utama saya pakai menstrual cup itu awalnya untuk lebih hidup ramah lingkungan, supaya gak nyampah pembalut plastik lagi! Selain itu ternyata ada banyak lagi keuntungan setelah menggunakan menstrual cup yang telah saya rasakan.

Cerita dulu, pertama kali saya pakai menstrual cup itu saat baby usia 6 bulan. Saya sudah ingin sekali mencoba menstrual cup dari saat hamil, tapi mau gimana, kan gak bisa mens hehe. Setelah menunggu 9 bulan + 6 bulan akhirnya saya mens, haha (biasanya kalau menyusui memang agak tertunda menstruasinya). Nah bulan Juni tahun lalu itu saya akhirnya mulai pakai menstrual cup. Awalnya saya coba merk Organicup, tapi ternyata kurang cocok dan saya sampai sekarang pakai brand Eco Talk.

Untuk cerita kenapa saya ganti dan beberapa pertanyaan lain seputar menstrual cup, bisa dilihat di highlight Instagram saya yaaa :)

Ohya, sebenarnya ada sih dua kejadian dimana saya harus pakai pembalut sekali pakai alias disposable. Pertama, waktu itu saya sekeluarga staycation di Ancol. Saya lupa ngecek aplikasi Flo, baru pas di hotel ngecek ternyata jadwalnya  2 hari lagi, mensnya harusnya pas kalau saya sudah pulang ke Bandung.
Tapi ternyata mens keluar 1 hari lebih cepat di hari terakhir saya di Ancol, dan saya gak bawa menscup!

 
Jadinya, terpaksa beli pembalut di mall Ancol dulu (btw, baru tau Ancol ada mall nya hehe).
Perasaan saya waktu pakai pembalut lagi? Gak enaak bangetttt. Asli udah merasakan enaknya pakai  menstrual cup, pakai pembalut biasa ternyata tuh risih banget. Basah sepanjang waktu, trus kalau sedang "ngucur" itu berasa banget ngalirnya (paham ga sih? hahaha), sampai setiap saat saya takut tembus karena kok berasa deres banget. Sedangkan kalau pakai menstrual cup itu bener-bener gak berasa apa-apa huhu cinta bgt.

Kedua kalinya, pernah waktu itu badan saya kurang sehat (tau lah ya kalau mau mens tuh rasanya begimana), nah saya udah benar-benar capek, lelah, males banget men-sterilkan si menscup. Sudah malam juga waktu itu mulai mens nya. Jadinya saya pakai stok pembalut lama yang ada hehehe.
Tapi gapapa deh, saya selalu ambil insightnya aja, ternyata ada hal-hal yang bisa dipelajari juga kalau balik lagi ke pembalut biasa. 

Ada beberapa hal sih yang menjadi hihglight selama pakai menscup, yang membuat saya suka dan bertahan pakai menstrual cup. Lets see, apa aja sih keuntungan menggunakan menstrual cup, versi saya ya hehe..

1. Gak Bau dan Gak Lecet
Waktu saya terpaksa pakai pembalut biasa lagi, satu hal yang saya notice. BAU! Dulu saya kira, darah mens itu bau, biasa lah bau besi gitu ga sih? Nah kalau saya lagi buang darah menscup tuh gak bau sama sekali, bahkan pernah saya dekati ke hidung, itu darah gak bau yang nyengat gimana-gimana. 
Nah waktu saya pakai pembalut sekali pakai lagi, ugh bau apek yang dulu saya anggap "bau mens" itu datang lagi. Saya jadi sadar kalau ternyata, itu adalah bau percampuran darah mens dengan bahan pembalut. Entah menimbulkan reaksi apa atau entah tumbuh berapa banyak bakteri, tapi yang jelas bau! oh no!
Terus, kalau pakai pembalut biasa itu suka bikin lecet ya huhu. Perih dan pegel aja bagian selangkangan. Alhamdulillah semenjak pakai menscup gak pernah lecet-lecet lagi :")

2. Gak Keputihan dan Gak Gatal
Keputihan ini salah satu musuh terbesar sayaa. Huhu saya gampang banget keputihan. Waktu hamil saya keputihan sepanjang kehamilan, sampai berkali2 harus dibersihkan Obgyn via cocor bebek dan dimasukkan obat keputihan (T,T). Seumur hidup, setiap habis mens biasanya saya pasti keputihan. Nah, amazingnya, setelah mulai pakai menstrual cup itu selesai haid alhamdulillah gak ada keputihan sama sekali :") 

Kemudian juga kalau pakai pembalut biasa itu, entah kenapa suka terasa gatal di vagina, mungkin karena sentuhan dengan darah dan bahan pembalut terus menerus dan juga gesekan pembalut. Nah kalau pakai menscup ternyata tidak gatal sama sekali. Ternyata pakai menstrual cup itu jauh lebih higienis kalau menurut saya.

3. Gak Perlu Beli dan Membuang Pembalut
Yesss, ga perlu dihitung lah ya saya sudah hemat berapa duit. InsyaAllah hemat adalah bonus. Saya bahkan sampai se-lupa itu sama pembalut. Waktu terpaksa harus beli pembalut itu sampai bingung biasanya beli merk apa. Hahaha, akhirnya ngasal aja.
Saya juga gak nyampah pembalut selama 1 tahun, kalau misalnya satu kali siklus mens membutuhkan 4 pembalut dikali 5 hari = 20pcs. Dikali 12 bulan = 240 pcs pembalut.
I save 240 pcs pembalut bertumpuk di TPA atau tertelan hewan lautan. Wah ternyata baru berasa impactnya tuh kalo udah setahun lebih yaa, aah coba tau menscup dari dulu!

4. Mens Jadi Singkat dan Gak Sakit
Ini gak paham kenapa, tapi waktu pakai menscup itu saya merasa "kok udah bersih aja", jadi misal biasanya 7 hari baru selesai sampai fleknya, tapi ini jadi 5 hari udah bersih semua. 
Nah yang paling terasa itu kadang di bagian dalam vagina (leher rahim ya kayaknya), itu kalau mens suka pegal bahkan sakit. Ada yang ngerasa yang sama nggak? 
Tapi kalau pakai menstrual cup itu gak berasa pegal lagi. Ini saya kurang paham alasannya, teori saya pribadi sih karena si menstrual cup itu sedikit membuka jalan rahim, dan mungkin sedikit "memijat" bagian situ ya jadi gak pegal. HAHAHA INGAT INI HANYA TEORI SAYA.
Kalau ada yang tau alasan scientific-nya boleh banget dishare ya!

5. Nyaman Banget!
Waktu pertama kali saya pakai menscup, jujur awalnya memang kurang nyaman, bukan karena brandnya yang kurang bagus ya, tapi ternyata memang ukurannya kurang cocok di saya.
Mungkin juga karena saya masih butuh latihan dan "jam terbang". Tapi setelah dapat menstrual cup yang cocok dan setelah terbiasa cara pakainya, testimoninya sama kayak kebanyakan orang yang sudah mencoba menstrual cup: "gak berasa pakai apa-apa".
Terus, kalau pakai menscup itu bahkan bisa lebih aktif dibandingkan orang di iklan pembalut tipis haha. Se-nyantai itu deh mau balik kanan balik kiri, lipet kaki, jongkok, bahkan ngangkang hahaha (maaf), gak ngaruh loh, gak bikin bocor. Hehe.

**
I really enjoy my 1 year experience in using menstrual cup! 
Terutama bagian higienitas, yang menurut saya jauh lebih higienis dibandingkan dengan pembalut disposable. Padahal menurut saya, secara umum sebenarnya saya bukan tipe yang telaten banget dalam soal higienitas pakai menscup. (ups haha)

Pernah bangun tidur lupa sama sekali kalo lagi dapet, udah mandi pagi segala, tapi jam 10 pagi baru dibuka menscupnya karena baru inget haha. Kalo diitung-itung, udah 12 jam (haduh). Soalnya bahkan kalau mandi tuh suka gak berasa lho kalau lagi mens, karena gak harus ngeberesin apa-apa, gak perlu buka pembalut, bersihin, gulung, buang, kucek celana dalam kalo tembus, dll. Mandi ya mandi aja kecuali kalau mau sambil mengeluarkan isi menscup. Se-lupa itu karena udah hari-hari terakhir mens jadi badan juga gak berasa lagi mens jadi ya bablas wkwk.

Pernah juga habis mens gak disteril, baru disteril pas mau dipakai aja, haha JANGAN DITIRU YA.

Saya tahu menstrual cup mungkin bukan pilihan buat semua orang. Mungkin ada yang merasa tidak nyaman juga apalagi yang belum pernah menikah/ aktif seksual. Kalau saya belum menikah mungkin saya juga kurang nyaman karena belum pernah mengeksplor bagian intim lebih dalam hehe.
Tapi, masih ada kok alternatif ramah lingkungan lain seperti pembalut kain. Memang sih perawatannya tidak semudah menstrual cup, tapi still worth it :)

Untuk yang sudah kepikiran mau beralih ke menstrual cup, go get them!!

Apa yang teman-teman pikirkan tentang menstrual cup?
Yang sudah lama pakai, share dong di comment pengalaman kalian pakai menstrual cup? )
© Catatan Ibun | Parenting and Mindful Living • Theme by Maira G.