Sejak saya hamil anak pertama, saya mulai mengedukasi diri, baik dari tema yang berkaitan dengan kehamilan dan anak, sampai dengan topik kesehatan. Dari situ saya mulai mengetahui yang namanya eating clean. Pertama kali saya membaca mengenai eating clean adalah melalui buku bu Inge Tumiwa Bachrens. Teman-teman bisa coba baca bukunya, atau bisa lihat dulu di Goodreads saya bagaimana review dan rating saya dari buku Eating Clean.
Menurut saya, konsep dan ilmu makan sehat itu luas sekali. Dan mungkin banyak teman-teman yang sudah sering mengedukasi dalam ilmu kesehatan modern punya banyak referensi lain tentang makan "sehat". Definisi sehat ini pun beragam, jadi mungkin ada yang sependapat atau tidak, tidak masalah.
Dari sekitar tahun 2013 saya sudah mulai mencari definisi sehat menurut saya, tapi saya belum juga menjadi sehat. Makanya saya juga masih terus mengedukasi diri. Tapi sejak mengetahui tentang eating clean ini, saya mulai mengubah pandangan saya terhadap makanan.
Bagaimana konsep eating clean?
Secara garis besar eating clean menekankan untuk makan bahan makanan asli, organik, tanpa proses panjang, tanpa modifikasi, minim toxin, lokal dan sesuai musim. Sebisa mungkin yaa. Jadi daftar makan makanan kemasan yang ada di supermarket itu udah hampir di coret semua ya. Termasuk kecap-kecap dan saos-saos, dairy, dan juga roti-rotian.
Trus makan apa dooong? Ya makan makanan dari bahan makanan asli, sayur, lentils, umbi, buah, daging, bumbu-bumbu alami. Teman-teman bisa baca sendiri bukunya kenapa bahan-bahan makanan di supermarket itu lebih baik dihindari.
Real food doesn't need an ingredients, real food IS ingredients.
Sebenarnya saya senang sekali ketika mengetahui mengenai fakta-fakta eating clean, karena saya jadi bisa lebih mudah menghindari makanan-makanan berkemasan, berhubung saya juga menjalani gaya hidup minim sampah. Saya jadi semakin yakin kalau saya bisa memilih makanan yang tidak memproduksi sampah, sehat dan lebih murah pula!
(baca juga: Memulai Zero Waste Lifestyle)
Namun tentunya, saya gak bisa 100% menjalani gaya hidup ini. Bertahun-tahun saya hidup saya sudah merasakan enak-enaknya makanan kemasan, dan kepraktisannya. Seringkali saya cheating juga. Sejujurnya, ketika mulai melakukan eating clean, saya tidak begitu menyadari apa saja manfaat dan perubahan yang ada di tubuh saya. Nah tapi, saya baru merasakan efeknya justru ketika saya cheating, alias memulai kembali makan-makanan yang dianggap tidak sehat. Saya di bawah ini beberapa contohnya ya, ini juga sekaligus sebagai jurnal saya dalam proses eating clean ini.
1. Efek Makan Gluten
Gluten ini dikenal sebagai kandungan di dalam terigu yang ada di mie, roti dan kue. Saya dulu cinta sekali roti. Setiap belanja bulanan saya pasti selalu beli roti tawar, roti ini seperti harus ada stoknya di rumah. Dulu waktu ngantor pun saya hampir setiap hari berbelanja di toko roti.
Saya memang tidak 100% full eating clean, makanya saya masih kadang-kadang terpapar dengan roti, baik itu dikasih, atau memang tidak kuat iman, hehe. Apa efeknya sekarang ke saya? Saya jadi sadar banget sekarang setiap makan roti itu perut saya begah, bloated (bergas). Dan pastinya saya jadi (maaf) buang angin terus.
Selain roti, saya juga dulu penggemar kue dan bolu. Entah kenapa, saya sekarang tidak begitu tertarik dengan kue dan bolu ini, mungkin karena tubuh saya sudah merekam memori bagaimana tidak enaknya tubuh ketika makan kue dan bolu-boluan. Hal yang masih saya bisa makan adalah brownies (thank God), karena brownies ini adalah makanan kesukaan saya, huhu. Mengapa "agak" bisa? mungkin karena brownies ini kandungan nya lebih banyak butter dan coklat dibandingkan terigu dan raginya. Meskipun masih tinggi gula, sekarang mudah sekali menemuka brownies keto atau gluten free dan rasanya masih enak, jadi saya masih bisa cheating tapi lebih sehat hehe.
2. Efek Konsumsi Susu dan Turunannya
Selain roti, ini yang paling saya gemari. Susu! Susu juga salah satu groceries yang gak boleh absen di jadwal bulanan saya dulu. Susu kotak, sampai yoghurt saya suka sekali. Kecuali keju, mungkin karena saya kurang begitu suka keju. Oh lalu susu dalam bentuk coklat batang, itu juga membuat saya ketagihan.
Sekarang ketika saya cheating susu, perut saya jadi begah, dan terkadang mules. Bahkan pernah pertama kalinya dari sekian lama puasa susu dan turunannya, saya minum susu terus muntah. Secara garis besar, ketika saya minum susu itu perut saya mulas, dan (maaf) BAB saya jadi lembek. Seperti diare ringan gitu. Masalahnya saya langsung jadi ngeh "Oh, ini BAB saya dulu di jaman belum mengenal clean eating". Serius deh ketika saya mulai makan sehat, itu badan memang tidak terasa kalau enak, tapi ketika cheating, mulai jadi paham apa efek suatu makanan ke tubuh. Emang gitu ya manusia yang diinget tuh pas susahnya, pas enaknya suka dilupakan hehehe.
3. Reaksi Konsumsi Gula dan Garam Tinggi
Dulu, saya bisa makan produk coklat setiap hari. Minimal saja beng-b*ng deh, setiap hari satu. Atau coklat batang kira-kira seminggu sekali. Itu pun coklat batang bisa saya habiskan sendiri dalam waktu yang singkat. Hal ini dilakukan tanpa efek apa-apa ditubuh saya. Atau mungkin saya tidak sadar saja. Jujur, makanan kemasan coklat ini yang sebenarnya masih agak sulit menghilangkannya. Untuk makanan kemasan lain apalagi yang asin lebih mudah, sudah tidak pernah saya sentuh.
Nah sekarang ketika saya cheating makan coklat, beberapa saat kemudian kepala saya pusing, khususnya di leher dan seluruh kepala, mungkin karena kadar gula yang tiba-tiba naik drastis (mungkin ya, tapi hal ini selalu terjadi). Misal ketika saya makan brownies saja, saya sekarang sudah tidak bisa makan sekali banyak. Biasanya satu hari bisa habis setengah bronwies sendiri oleh saya. Sekarang seminggu pun kadang tidak habis.
Selain pusing, sekarang saya juga kalau makan yang bergula tinggi breakout di wajah. Padahal saya tidak pernah jerawatan seumur hidup saya lho.
Begitupun dengan kandungan garam yang tinggi, contohnya terkadang saya masih suka beli fast food. Setelah makan itu pasti saya juga pusing.
Memang eating clean tidak boleh makan gula dan garam?
Eating clean membolehkan makan gula dan garam, kok. Tapi gula dan garam alami dan minim proses, seperti gula merah, gula aren, untuk garam juga bisa menggunakan garam laut asli. Kenapa tidak boleh yang gula garam biasa aja? Karena gula dan garam pabrikan itu melalui proses yang banyak, pemutihan, anti gumpal, dan proses lainnya yang menghilangkan kemurnian kandungannya.
Nah ketika makan-makanan yang tidak kita olah sendiri, pasti menggunakan gula garam buatan yan sangat tinggi, dan jadinya ini berefek pada badan saya. Saya sendiri belum terlalu full mengganti makanan dengan tanpa gula dan garam putih. Tapi saya juga tidak merasakan perbedaan yang signifikan untuk olahan makanan biasa yang menggunakan gula garam, seperti makanan di warteg. Tapi untuk fast food, reaksi tubuh saya sudah mulai berbeda.
Kenapa setelah eating clean kok pencernaannya jadi 'ringkih'?
Mungkin ada sebagian orang yang berpikir, kok pencernaan saya jadi 'ringkih' banget? Sebenarnya itu bukanlah ringkih. Tapi memang selama ini, bertahun-tahun, tubuh kita dikenalkan oleh makanan yang memang sulit dicerna dan merupakan musuh dari pencernaan kita, tubuh kita jadi terbiasa bekerja keras.
Sebenarnya hal ini bahaya juga karena tubuh selalu mengalami inflamasi dan bekerja keras untuk mendetoks dan mencerna makanan-makanan yang sebenarnya tidak ramah di tubuh itu. Nah ketika kita sudah mulai makan sehat, tubuh jadi lebih ringan kerjanya, lebih adem ayem lah gitu. Lalu ketika kita cheating istilahnya, itu pencernaan kelabakan lagi tuh. Ibaratnya seperti saat sudah mau pulang kantor, tiba-tiba disuruh lembur, kita jadi keteteran. Efeknya tadi, kalau saya cheting, saya mulai kentut (maaf), pup yang aneh-aneh, dll. Lama-lama mungkin akan "normal" lagi, tapi normal yang sebenarnya kurang sehat.
Manfaat apa yang saya rasakan?
Tentunya ringkih2 tadi hanya side effect sementara yang jarang terjadi oleh saya, karena saya telah banyak sekali mengurangi produk-produk di atas. Manfaatnya ternyata lebih banyak. Saya jadi lebih fit, tidak gampang pusing dan lemas. Biasanya memang kalau habis makan manis atau junk food saya jadi mager, mungkin karena memang badan saya harus bekerja keras, sehingga 'lelah'. Kemudian saya juga jarang sakit. Setahun saya paling hanya flu satu kali saja dan itu juga 3 hari sembuh. Saya sudah tidak sering sakit kepala seperti dulu kala (saya jadi ingat dulu masa remaja saya sering sekali pusing).
Untuk berat badan, saya kurang memantau, karena saya tidak diet karena sedang menjalani kehamilan dan menyusui. Tapi seingat saya berat badan saya stabil saja, tidak naik, tidak turun. Mungkin kalau saya memang menjalani program diet bisa saja turun, ya jujur saja sejak hamil saya jadi menggemuk hehe.
Awalnya saya juga gak percaya kok teman-teman, kalau gluten harus dihindari, susu itu kurang baik, dan organik itu lebih baik. Tapi, saya menjadi percaya karena mencoba sendiri. Mungkin memang awalnya sulit, atau denial, karena beberapa "aliran" hidup sehat melarang beberapa makanan, dan jauh sekali dengan kebiasaan lidah kita. Tapi kalau saya, saya merasa hidup saya yang dulu itu ya tidak lebih baik dari yang sekarang, saya sering sakit, tidak fit. Tapi ketika mencoba pola hidup baru, saya merasa lebih sehat dari saya yang dulu.
Untuk yang mau tahu kenapa produk-produk tersebut kurang direkomendasikan untuk dikonsumsi, bisa baca sendiri bukunya yaa atau cari referensi yang relevan dengan eating clean ini.
Apakah teman-teman ada yang mengikuti pola hidup eating clean? Atau adakah referensi pola hidup sehat lain yang teman-teman tau? Share di komen ya :)