PAKAI MASKER ITU PENTING! - Kisah aku, bronkitis dan masker
Sebelum ada pandemi, saya sudah pakai masker kemana-mana lho. Khususnya saat bepergian dengan kendaraan dan melewati jalanan yang berpolusi. Kalau dulu awal mula ada Gojek kita selalu ditawari masker, saya selalu menolak karena saya sudah selalu bawa masker kain sendiri. Kadang-kadang sampe lupa masih ngalungin masker pas udah sampai kantor bahkan udah ke kantor klien, yaampun malu banget keliatan buluk gitu wkwk.
Sedikit cerita, dulu tahun 2013 saya pernah mengalami batuk akut. Diagnosanya saat itu adalah Bronkitis Akut. Hal ini terjadi sejak saya kuliah di mana setiap hari saya naik ojek pulang pergi tapi tidak pernah memakai jaket maupun masker.
Sebenarnya saya kurang tahu pasti bronkitis ini penyakitnya se-common dan separah apa, setahu saya ini "cuma" bronkitis akut, bukan kronis yang lebih parah. Saya gak ingin terkesan melebih-lebihkan penyakit saya ini, but i tell you, it really really sucks. Gejala yang saya alami yakni batuk ngejan (apasih namanya, pokoknya batuk yang kayak susah banget dan otot perut sampe capek), suara jelas ilang, dan asma. Padahal saya tidak ada riwayat asma dalam keluarga, hanya ayah saya saja yang selama ini merokok. Batuknya itu bisa sampai sebulan lebih, sampe pusing, tenggorokan capek, dada sakit, perut capek. Benar- benar penderitaan sekali kalau saya sedang kambuh penyakit ini. Saya jadi selalu bawa-bawa saputangan untuk batuk kalau kuliah.
Kalau dari Google, bronkitis akut ini penyakit yang memang biasa disebabkan oleh virus yang umumnya adalah flu. Kalau saya flu, jika seminggu tidak sembuh, mulai masuk tenggorokan dan sudah sampai paru-paru, bisa muncul batuk ini, dan sembuhnya bisa lamaa sekali.
Herannya, kalau saya ke rumah sakit, sampai ronsen dan diuap segala, gak sembuh-sembuh, tapi kalau saya berobat di bu dokter klinik dekat rumah saya, pakai obatnya yang saya tidak hafal, pasti saya cepat membaik.
Namun sayangnya, beliau sudah berpulang karena covid. Saya sedih sekali, Ya Allah. Sebenarnya postingan ini sedikit untuk mengenang beliau. Dokter umum dekat rumah kami yang menjadi andalan keluarga kami kalau sakit. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Sudah lama saya tidak bertemu dengan beliau sejak saya pindah ke Bandung tahun 2018, namun keluarga saya masih suka berobat dengan beliau, minimal untuk pengecekan awal, untuk rujukan misalnya ternyata DB, tipus, dan lainnya (bahkan bisul juga haha).
Beliau yang bilang kalau saya bronkitis. Kalau di rumah sakit malah gak jelas saya sakit apa, dilempar-lempar, obat ganti-ganti tapi gak sembuh-sembuh. Awal-awal saya punya bronkitis ini, bisa 3 bulan sekali saya kambuh. Saya ini dulu penyakitan, gampang flu. Karena saya dulu belum paham nutrisi dan belum mindful terhadap makanan. Gak pernah makan sayur, jarang minum, sering makan jajanan gula-gula mulu karena berhubung di kampus saya ada Alfamart.
Almarhumah Dokter Dinar berpesan, kalau lagi flu gini hindari makan gorengan. Dan yang penting kalau saya harus selalu pakai masker setiap perjalanan, dan kalau bisa pakai jaket (saya itu bukan jacket person, jadi males banget pake jaket).
Sejak itu saya selalu pakai masker setiap kali bepergian naik ojek, angkot bahkan commuter line.
Ajaibnya, Qadarullah sih, saya benar-benar jadi jarang sakit. sejak rajin pakai masker, jumlah saya sakit flu jadi berkurang menjadi hanya 2x setahun, kemudian selanjutnya jadi 1x setahun karena ditambah dengan pola makan yang lebih mindful. (ini sejak operasi kista, ini beda cerita lagi haha. Iya dulu sakit-sakitan banget).
Ini pun sakitnya DENGAN batuk bronkitisnya ya dan saya harus berobat ke dokter untuk dapat antibiotik dll. Tapi kemudian karena saya mulai kenal eating clean, sejak 2017 saya jadi hanya 1x setahun tapi hampir selalu tidak terjadi bronkitis, dan biasanya hanya flu sekitar 3 hari. Alhamdulillah banget.
Saking seringnya sakit, saya tuh sampai punya catatan sendiri kapan sakit dan berobat, obatnya apa dan biayanya berapa hehe. Nah, alhamdulillah, sampai melalui pandemi 2020, kehamilan kedua sampai pertengahan 2021, saya tidak sakit flu, jadi rekor hampir 2 tahun tidak sakit flu sama sekali.
Baruuu saja bulan juni 2021 ini tuh saya tiba-tiba flu, gara-gara begadang dan pakek minum white coffee sashet segala, ya Allah zolim banget. (Padahal udah lama banget2 gak minum ini, dari sebelum hamil kedua kayaknya). Nah pas itu saya udah deg-degan banget, ya Allah udah mulai agak sesak, jangan sampai muncul bronkitisnya soalnya lagi covid begini huhu, malah saya sempat ngira itu covid, amit-amit. Tapi saya tetap pada jurus andalan saya yaitu minum lemon anget plus madu, plus minum rebusan jahe, kunyit sereh. Alhamdulillah langsung hilang ya Allah, flunya sekitar 3 hari aja
Andalan kalau gejala awal flu:
- Perasan lemon hangat + madu
- Air rebusan jahe, kunyit, sereh (bisa tambah madu juga biar manis)
- Eliminasi gula, gorengan, junkfood
PENTINGNYA PAKAI MASKER
Intinya, sejak saya punya bronkitis itu, saya jadi sadar banget pentingnya masker. Dulu itu ya, boro-boro pakai masker medis. Saya pakai masker kain satu lapis beli di barel UI harga 5 ribuan. Cuma punya dua itu juga seminggu sekali dicuci. Tapi itu udah ngaruh banget lho bikin saya gak sakit flu biasa. Bonus lagi kalau ditambah pola dan kualitas makan yang bagus ya.
Nah di era pandemi covid begini, kita udah tahu nih kualitas masker kayak apa yang menjaga agar tidak tertular virus khususnya covid19. Dari yang awalnya disarankan 2 ply, 3 ply, 4 ply, bahkan sampai masker medis dan dobel medis + kain, intinya kita udah punya ilmu nih. Mohon dipakai ilmunya, kalau pakai masker harus benar agar tidak tertular.
Yah meskipun.. dengan munculnya varian Delta ini, saya percaya yang memilih pasien covid itu Allah sendiri. Meski orang udah prokes dan gak kemana-mana juga bisa kena. Meskipun saya kontak dengan orangtua saya yang positif, alhamdulillah saya dan anak-anak negatif (eh ini diceritain nanti ya!)
Dari cerita ini, walaupun saya belum pernah kena covid, tapi saya sepertinya bisa paham gejala covid seperti apa, karena saya juga pernah merasakan batuk kering berbulan-bulan, hilang rasa (meskipun bukan anosmia total), dan sesak nafas. Dan saya gak bisa membayangkan yang lebih parah dari itu kalau saya benar-benar kena covid.
Kalau misalnya nih, misalnya...saya meninggal karena covid, ya kemungkinan salah satunya karena saya punya comorbid asma dari bronkitis ini. Tapi amit-amit ya Allah lindungilah kami. Makanya saya itu sangaat ketat sekali selama covid ini. Meskipun saya gak yang se-prokes itu, tapi justru karena saya orangnya takut tidak telaten protokol kesehatan, saya memilih benar-benar tidak kemana2, di rumaah aja terus. Beruntung saya ini introvert, jadi saya tidak 'butuh' banyak berkumpul dan bertemu orang lain. Cukup WA dan video call saja sekali-kali sudah bisa mendekatkan silaturahmi lagi.
Semoga kita bisa survive bersama melalui pandemi ini ya. Sehat selalu!
No comments
Post a Comment