SLIDER

Kematian yang Diidamkan

Friday, 10 December 2021


Hari ini saya sedang merenung sedih dicampur rasa cemburu. Hari ini berita dipenuhi duka cita atas berpulangnya bapak walikota Bandung alm. Mang Oded. Meskipun secara pribadi tidak begitu kenal, tetapi sebagai warga Jawa Barat, tentu sosok beliau adalah sosok penting. Tak sangka, berita keberpulangannya pun malah membuat merasa dekat dengan beliau.

Hal yang membuat iri sebagai muslim adalah beliau meninggal di hari jumat, hari yang penuh berkah, di masjid, rumah Allah, sedang melaksanakan shalat, menghadap Allah dengan keadaan suci berwudhu, dan beliau berniat berkhutbah jumat di masjid tersebut. Sungguh kematian yang sangat diidamkan bagi umat muslim.

Mendengarnya saya langsung bergemetar, saya akan mati dalam keadaan apa? 

Lagi-lagi kita mendapatkan peringatan kematian, untuk selalu memperbaiki diri dan mengisi hari-hari dengan kebaikan. Berusaha untuk menjadi versi diri sendiri terbaik dalam kondisi keimanan yang terbaik. Setiap hari tanpa henti.

Nangis.

Tahun ini adalah salah satu lowest point hidup saya. Saya merasa versi buruk saya keluar lagi di tahun ini. Well, kenapa ya setiap kali habis melahirkan itu adalah lowest point,  karena lowest point sebelumnya adalah saat anak pertama lahir. Hehe. Tahun ini saya begitu skip, saya hampir tidak mengingat apa yang saya jalani di tahun ini, karena saya ingin segera keluar dari masa-masa ini. Tak terasa saya menghabiskan banyak waktu melakukan hal-hal tidak berguna. Yang berguna cuma ngurusin anak aja. Hal ini juga diiringi kecemasan saya yang konstan di tahun ini, kalau saya akan mati dalam kondisi tidak berguna.

Tahun 2022 tidak terasa sebentar lagi. Tahun lalu saya sangat bersemangat membuat rencana-rencana untuk 2021. But again, saya kembali dalam lowest point of my life dan semua rencana itu runtuh. Cukup melihat postingan saya tentang resolusi 2021, sepertinya tidak ada yang tercapai. Karena tahun ini saya tiba-tiba ganti tujuan, yaitu survive, especially mentally. Yang penting tetap waras menjalani hari-hari. Yang penting anak-anak saya survive, yang penting my marriage still there.

Terlalu banyak berita buruk, terlalu banyak orang buruk, terlalu banyak perkiraan buruk. Sampai saya merasa tidak ada gunanya lagi berusaha hidup di zaman ini karena sebentar lagi dunia akan berakhir dengan buruk. Astaghfirullah.

Tapi kemudian saya diingatkan, oleh kejadian-kejadian atau orang-orang di sekiar saya. Dunia ini sudah digariskan oleh Allah SWT. Dan kita harus menghabiskan setiap detiknya dengan hudznuzan kepada Sang Pencipta.

Mungkin ini sekalian mengingatkan saya untuk jangan patah semangat untuk menyambut tahun depan dan selanjutnya, InsyaAllah akan kembali menjadi lebih baik. Ingat terus bahwa kematian tidak kenal waktu, kita bisa mati kapan saja yang sudah ditakdirkan. Pastikan kita mati dalam kondisi yang baik, caranya adalah dengan konsisten dan sering mengerjakan ibadah dan niat baik. Dan selalu memiliki kondisi hati dan pikiran yang baik pula serta menjauhi yang buruk.

Simple math aja, semakin banyak dan sering kita melakukan itu semakin besar chance kita untuk mati dalam keadaan yang baik.

Merinding.

Semoga kita semua diberi rejeki dan karunia untuk mati dalam keadaan khusnul khotimah.. kematian yang kita idamkan...aamiin. 

© Catatan Ibun | Parenting and Mindful Living • Theme by Maira G.