SLIDER

MY BIRTH STORY pt. 2 - pembukaan stuck, terus gimana?

Selasa, 25 Desember 2018

Hari ini hari natal umat kristiani. Sebagai muslim, hari ini bagaikan hari libur biasa saja. Saya masih terkapar di kamar klinik menunggu pembukaan. Orangtua saya sedang mudik akhir tahun ke Jogja, sama seperti mertua saya yg sedang mudik ke Bandung di rumahnya yang sedang saya tempati bersama suami. 

Jam 1 a.m
Saya tanya ke bidan apakah saya sudah cukup bulan untuk melahirkan atau belum? Apakah saya boleh usahakan untuk bergerak terus sehingga cepat pembukaan atau harus dilama-lamain? Saya juga tidak tahu mengapa saya bertanya begini. Awalnya perhitungan bidan berdasarkan HPHT saya masih 3 hari lagi untuk dianggap cukup bulan. Tapi kemudian bidan datang dan menurut dokter Obgyn, sudah cukup bulan dan mau dilahirkan oleh beliau. Jadi saya tidak apa-apa bergerak aktif, namun tetap harus simpan energi.

Sebelum itu, saya tau saya harus makan. Saya berharap, saya bisa melahirkan pagi hari, jadi saya ingin punya tenaga jika saya tidak sempat sarapan. Suami saya pesen KFC haha. Apa lagi yang buka jam 1 pagi? Saya berusaha makan lalu saya mencoba menerapkan hypnosis diri untuk tidur. Alhamdulillahnya, saya bisa tidur sebentar dan tidak merasakan kontraksi-kontraksi yang datang semakin kencang. Jam 4 saya terbangun karena kontraksi, dan saya sudah tidak bisa tidur kembali. Suami saya tertidur pulas. Saya ingat saya melemparkan selimut karena saya haus dan perut saya semakin kencang, haha maaf ya pak Hari.

Jam 6 a.m

Jadwalnya cek VT lagi dan ternyata suah pembukaan 5. Entah "sudah" atau "masih", tapi saya cukup senang karena sudah maju lagi. Lima pembukaan lagi. Saya tidur sekitar 3 jam semalam, di pagi ini saya mandi dan langsung olahraga gym ball. Bersyukurnya, di Klinik Cikutra ini disediakan gym ball, sebelum saya survey, saya sudah menyiapkan gymball di tas persalinan saya, tapi karena tahu akan disediakan, jadi tidak saya bawa. 

Jam 10 a.m

Pembukaan 7, Ya Allah ternyata prosesnya bisa begitu lama sekali ya untuk ketemu BabyA. Badan sudah berkeringat. Saya begitu bersemangat untuk terus bergerak, mondar mandir, gym ball, rebozo, labor dance, dll demi mempercepat pembukaan. Untungnya baru aja belajar itu semua di kelas child birth haha, baru kelas langsung praktek.

Asli, saya mencoba untuk rebahan dan istirahat, tapi ketika saya rebahan, rasa sakit yang dirasakan justru makin sangat terasa kuat. Mau tidak mau saya terus aktif bergerak, gymball, squat, shake the apple, joget dan sebagainya. Bahkan para bidan juga bilang "wah hebat pembukaan 7 masih bisa jalan-jalan". Saya hanya bisa tersenyum ketir haha. 

Saat itu bidan masuk dan minta untuk berbicara dengan suami saya. Bidan itu sudah dapat jawaban dari dokter yang menangani saya. Ah, saya sangat tahu, kalau itu adalah perizinan untuk sebuah tindakan, saya punya feeling saya harus di induksi. Saya sempat egois, saya merasa "nggak, sudah sejauh ini, saya mau alami saja". Tapi semakin ke sini gelombang cinta juga makin merajalera, dan saya sendiri sudah diambang menyerah, sempat terpikir unutk operasi caesar saja.

Akhirnya suami saya datang mengabari kalau diberikan waktu sampai jam 12 siang, kalau pembukaan masih stuck, akan dilakukan induksi. Saya pasrah dan ikhlas. Bagaimana pun ini pasti untuk yang terbaik bagi saya dan baby.

Jam 12 a.m - Induksi

Benar saja, pembukaan masih stuck di 7. Akhirnya induksi pun harus dilakukan, karena saya juga takut kehabisan tenaga untuk nanti proses mengejan (rasanya pengen cepet-cepet tidur gitu loh).

Saya diberikan obat pencahar untuk mengeluarkan feses (kebetulan memang saya belum pup). Oh my, terakhir saya melakukan ini adalah sebelum operasi kista. Rasanya memang tidak nyaman, tapi saya sendiri cukup tidak menentang proses ini karena saya pasti malu jika pup di tempat bersalin.

Kemudian saya dipasangkan infus untuk memasukkan obat induksi. Beberapa menit setelah obat dimasukkan, saya merasa tekanan yang luar biasa di rahim saya. Antara seperti rahim saya berontak, atau ingin pup. Saya merasa ingin mengejan yang tidak bisa tertahan. Kadang-kadang *mohon maaf* pup saya pun masih ada yang keluar karena saya menahan kontraksi yang berefek dari induksi. Kontraksi biasa saja sudah tidak nyaman, ini seperti 3x lipatnya.

Jujur bukan menakut-nakuti, tapi memang induksi rasanya seperti itu, saya kurang bisa mengontrol ekspresi saya ketika saya menahan gelombang cinta yang makin aduhai. Saya sampai agak teriak ketika tiap gelombang cinta datang, sambil menunggu pembukaan lengkap. Para bidan sampai ketawa. Asli. MALU. hahaha. Ilmu hypnobirthing nya kayaknya gak nempel di saya. Menurut saya kayaknya memang kepribadian asli kita bakal keluar pas lahiran. Kepribadian saya ya: panikan, manja, desperate, dll. wkwkw

Setengah jam setelah diinduksi, pembukaan langsung ngebut menjadi pembukaan 10. Saat itu bidan memanggil dokter Leri. Akhirnya saya bertemu dokter. Salah satu kalimat yang diucapkan dokter ketika awal bertemu saya yang saya ingat,
"Ibu belum pernah ketemu saya, tapi mau dilahirkan sama saya ya." kata dokter Leri ambil tersenyum. Cantik banget. Ada pembawaan tersendiri yang membuat saya nyaman dan tidak cemas. Saya jawab sambil cengengesan tapi udh keringetan, "hehe iya dok, terima kasih ya dok sudah mau bantu saya."


Mengejan

Saya berbaring dengan kaki ditekuk, seperti di film-film lah. Meskipun dalam hati sebenarnya masih ingin bersalin dengan cara nungging, tapi karena tidak di izinkan, jadi mau tidak mau seperti ini.
Saya mengejan dengan kuat, dokter bilang "Bu, kalau ibu mengejannya bagus seperti ini, tidak jadi saya gunting (episiotomi) nih." Saya pun langsung bersemangat mengejan lebih.. slow but sure? calm but powerful? haha intinya saya merasa edukasi mengejan saat prenatal yoga bermanfaat bagi saya. Selain itu teknik nafas perut dan "irit nafas" yang bertahun tahun saya pelajari selama jadi anggota paduan suara juga bermanfaat hahaha.
Proses mengejan berlangsung cukup cepat, sekitar 15 menit, dengan 4 kali sesi mengejan.


14.55
"ehaa ehaa ehaa"
Itu suara babyA. Saya ingat bunyinya seperti Eha instead of Owek Owek. Bayinya langsung sedikit dibersihkan oleh dokter dan bidan dan diukur, lalu di taruh di atas dada saya untuk IMD. 
Saat saya menulis ini saya lupa sejujurnya, saya tanya suami saya. Katanya saya bilang "Afkaa afkaa.. sini.." sebelum Afka IMD

Suami saya langsung mengadzankan babyA di telinganya selagi saya IMD. Saya hanya bisa melihat rambutnya yang ternyata ikal (haha), wajahnya ngumpet aja di bawah payudara saya. Suami saya mengambil foto satu-satunya ketika dia berada di dada saya. Sayangnya memang kami tidak sempat merencanakan fotografi persalinan, tapi yang penting kami punya foto untuk pribadi.

Dokternya akhirnya menjelaskan, kalau BabyA sulit turun panggul karena punya satu lilitan tali pusat. Entahlah betapa takdir menentukan seperti itu, padahal selama hamil hingga terakhir cek up seminggu yang lalu, tidak ada lilitan pusar sama sekali. Tapi saya bersyukur babyA sangat tenang dan pintar, sampai melahirkan detak jantungnya masih normal dan ketuban juga jernih dan pecah spontan.


**

Sungguh proses yang sangat panjang. Saya tahu banyak proses yang lebih panjang dan lebih cepat, lebih rumit dan lebih simpel. Selama saya bertanya pada teman-teman saya, tidak ada satupun proses melahirkan yang sama, karena semua kisah unik. Saya mensyukuri semua proses yang saya jalani, semoga cerita saya bisa menghibur, atau malah bermanfaat bagi teman-teman yang sedang hamil.

Bagaimana dengan cerita teman-teman pembaca? Apakah ada bagian yang mirip atau beda sama sekali? Bisa share di komen yaa :)



No comments

Post a Comment

© Catatan Ibun | Parenting and Mindful Living • Theme by Maira G.