SLIDER

Melek Finansial Memutus Rantai Generasi Sandwich - Berinvestasi dengan Fintech Lending


Generasi milenial disebut juga generasi Y, yakni orang-orang yang lahir pada tahun 1980-1994. Kira-kira di saat ini generasi milenial berusia dari rentang 26-40 tahun. Usia ini adalah usia dimana biasanya seseorang sudah atau baru mulai berkeluarga. Contohnya saya sendiri, saya tergolong dalam golongan milenial ini, dan sekarang saya sudah menjadi orangtua milenial. Di era ini, para milenial dituntut untuk melek finansial, kenapa?

Dalam berkeluarga, tentunya tanggungan finansial menjadi bertambah, baik untuk menghidupi pasangan dan anak. Tetapi, di negara berkembang seperti Indonesia banyak orang di usia produktif ini memiliki tanggungan tambahan yang berasal orangtuanya. Hal inilah yang membuat generasi milenial masih banyak yang menjadi sandwich generation. Layaknya sebuah sandwich, ia terhimpit di tengah, artinya ia harus turut menanggung beban finansial baik orangtua dan keluarganya sendiri. Bukan berarti kita tidak boleh memberi atau berpelit rejeki dengan orangtua. Tetapi, ada saja kemungkinan di mana kondisi keuangan kita sulit untuk membiayai beban hidup yang dua kali lipat, yakni seperti tertimpa musibah, mengalami PHK, bangkrut, atau lain hal.

Untuk memutus rantai generasi sandwich, orangtua milenial perlu untuk mempersiapkan dana di hari tua nanti untuk mempersiapkan hidup di usia yang sudah tidak produktif lagi. Sehingga nanti tidak perlu memberatkan anak dan keluarga seutuhnya. Salah satu caranya adalah mengumpulkan dana pensiun dengan baik. Dana pensiun ini tidak kecil, lho. Bayangkan, misalnya kita masih memiliki sisa usia 30 tahun lagi sejak usia pensiun. Berapa biaya hidup yang kita butuhkan untuk menunjang hidup kita? Kalau kita masih bisa produktif, syukur-syukur masih bisa menghasilkan sesuatu untuk menutup biaya hidup. Namun semakin tua pasti badan kita akan semakin lemah dan sulit untuk produktif apalagi jika tidak memiliki pendapatan pasif, nah di masa itulah kita memerlukan tabungan pensiun untuk menghidupi kebutuhan dasar. 

Masalahnya, bagaimana cara menyisihkannya dana pensiun? Padahal, gaya hidup kaum milenial ini dikatakan lebih tinggi dibandingkan dari generasi sebelumnya. Mereka lebih banyak melakukan pengeluaran untuk konsumtif, seperti ngopi, langganan internet, online shopping, dll. Sehingga, banyak milenial yang bahkan kesulitan untuk memiliki tabungan meski bergaji besar. Belum lagi, jika hanya menabung melalui deposito biasa, tabungan akan kalah dengan inflasi mengingat bunga deposito yang kecil. 

Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan dana pensiun dengan lebih baik.

1. Belajar Pengelolaan Keuangan

Kondisi keuangan yang baik di awali dari pengaturan keuangan yang baik pula. Saya sendiri memulai mengelola keuangan dengan melakukan pencatatan keuangan sejak kuliah. Hal ini untuk mengetahui berapa besar pengeluaran dan pemasukan. Sepengalaman saya, dengan mencatat keuangan, saya jadi tahu di mana saja saya paling banyak melakukan pemborosan, apakah di makan? jajan? beli barang tersier? Lalu saya juga bisa tahu, apakah pendapatan saya cukup untuk menabung?

Di bawah ini beberapa hal yang saya lakukan untuk mengelola keuangan dan meminimalisir pengeluaran yang kurang dibutuhkan.

  • Mencatat Keuangan Secara Rutin 

Mencatat keuangan membuat kita dapat melihat keseluruhan dari cash-flow keluarga dan menganalisis bagian mana yang perlu diubah atau diperbaiki. Dengan mencatat keuangan, bisa mendeteksi di mana sering terjadi 'bocor' pengeluaran, sehingga bisa mengontrol konsumsi. Sebagai generasi milenial, sekarang mencatat pengeluaran tidak perlu ditulis kertas dan dihitung manual, kok. Sudah banyak tersedia aplikasi di handphone untuk membantu pencatatan keuangan. Tinggal klik dan input, sudah bisa membuat daftar pendapatan dan pengeluaran, bahkan grafik yang rapi. 

  • Menyisihkan Tabungan di Awal Bulan. 

Apakah ada yang masih kesulitan menabung? Coba alokasikan tabungan di awal bulan. Contohnya saya sendiri, setiap bulan saya menyisihkan tabungan dan investasi di awal gajian. Mengapa? Hal ini untuk mempertahankan agar tujuan finansial kita tetap tercapai. Dengan menabung di awal, kita bisa pintar-pintar mengatur sisa uang yang kita punya, tapi tetap mencapai jumlah tabungan sesuai perencanaan. Serta hal ini menghindari agar kita tidak "keburu kalap" melihat nominal gaji di awal bulan. 

  • Membuat Rancangan Anggaran untuk Setiap Pengeluaran

Bagaimana dengan uang sisa yang tidak ditabung? Selain mencatat keuangan, saya juga membuat rancangan anggaran per-bulan untuk memberikan batasan untuk setiap pos pengeluaran. Ada beberapa pos yang saya lebih cocok menggunakan metode amplop, misal untuk iuran RT, belanja bulanan, beli galon dan gas, makan, dsb. Ada juga yang tetap di rekening, untuk hal-hal seperti belanja online, internet. Jadi, sisa uang yang memang diperuntukkan untuk konsumsi sudah dianggarkan terlebih dahulu dengan persentase atau perhitungan pribadi, agar tetap terukur pengeluarannya. 

2. Berkesadaran (Mindful) dalam Perilaku Konsumtif

Salah satu hal yang membuat pengeluaran menjadi berlebihan adalah membeli barang-barang yang hanya didasari oleh sifat impulsif. Kurangnya mindfulness atau kesadaran diri dalam membeli barang membuat kita membeli barang tanpa sadar padahal kita sudah punya barang yang sama dalam jumlah banyak, atau barang sejenis yang fungsinya sama. Misalnya baju, meskipun baju sudah banyak, tapi seringkali rasanya belum puas, atau terus tergoda membeli baju baru.

Saya sendiri mulai lebih berkesadaran dalam konsumtif sejak saya mempelajari gaya hidup minimalis. Saya menjadi lebih hati-hati dalam konsumsi, saya hanya membeli barang jika saya benar-benar butuh, tidak ada penggantinya, atau tidak bisa pinjam. Saya tidak impulsif ikut flash sale atau diskon payday apabila saya tidak benar-benar sedang membutuhkan suatu barang.

Meskipun tidak semua orang bisa menjadi minimalis, paling tidak kita bisa lebih berkesadaran dan memikirkan dulu berulang kali ketika ingin membeli suatu barang. Tanyakan pada diri sendiri apakah barang ini benar-benar saya butuhkan? Apakah ada hal serupa yang sudah ada di rumah? Apakah saya sudah punya banyak barang ini di rumah?

3. Melakukan Investasi

Mengumpulkan dana pensiun adalah investasi jangka panjang. Kita bisa saja menabung setiap bulan, tapi untuk melampaui kenaikan inflasi keuangan, tentu saja menabung di deposito saja tidak cukup. Para milenial juga harus mulai melek investasi agar tabungan masa depannya bisa ikut memiliki kenaikan nilai dan tidak tergerus inflasi.


Ada beberapa instrumen investasi yang saya ketahui, yaitu investasi logam mulia, properti, saham, reksadana, dan P2P lending. Semua alat ini cukup menjanjikan untuk membuat uang yang kita tanam mengalami kenaikan nilai sehingga tidak tegerus oleh inflasi. Instrumen seperti logam mulia, properti dan reksadana mungkin sudah familiar bagi sebagian besar orang, tapi apakah kalian tahu soal P2P Lending?

Apa itu P2P Lending?

P2P atau Peer to Peer Lending adalah layanan pinjam-meminjam uang melalui sistem elektronik atau online. Dengan Investasi P2P kita bisa menjadi pemodal atau pendana bagi usaha-usaha kecil. Mungkin bagi milenials yang sudah pernah terjun berinvestasi saham, sudah merasakan bagaimana menjadi pendana atau investor bagi sebuah perusahaan. Bedanya adalah, dalam saham lingkupnya perusahaan besar, namun di peer to peer lending lingkupnya adalah usaha kecil/ mikro seperti UMKM. Dengan berinvestasi melalui P2P lending, kita juga secara langsung membantu UMKM untuk berkembang, lho.

Investasi dengan Fintech Lending


Sebagai generasi milenial, sebenarnya memulai investasi sudah sangat mudah. Tidak perlu berlama-lama mengantri di bank atau melalui prosedur berlilit lilit. Sekarang, semua bisa dilakukan melalui handphone saja, karena sudah ada yang namanya Fintech atau Financial Technology.
Ini merupakan inovasi pada industri jasa keuangan dengan memanfaatkan penggunaan teknologi. Mulai dari aplikasi pengelolaan keuangan, dan aplikasi investasi sudah banyak tersedia di handphone atau browser. 

Untuk berinvestasi di P2P Lending, salah satu platform yang bisa digunakan adalah Fintech Lending. Ini adalah bagian khusus dari Fintech yang beroperasi sebagai layanan pinjam meminjam uang yang berbasis teknologi informasi.  PT Amartha Mikro Fintek adalah salah satu perusahaan Fintech P2P Lending Indonesia.

Amartha memiliki platform pada web dan aplikasi yang menghubungkan pendana dalam melakukan pendanaan kepada  usaha mikro dan kecil di Indonesia. Amartha Lending juga sudah terdaftar di OJK (Otoritas Jasa Keuangan) sehingga aman dan terpercaya. Untuk memulai berinvestasi di Amartha, cukup dengan modal minimal 3 juta saja, kita sudah bisa mendapatkan keuntungan bagi hasil hingga 15% per tahunnya.

Wah, dengan begitu tabungan masa depan kita akan terus mengalami kenaikan nilai yang besar, dan cita-cita dana pensiun kita bisa tercapai. Nan, untuk para milenial yang ingin memulai berinvestasi, bisa lebih dulu merencanakan jumlah dana pensiunnya, lalu memilih instrumen investasi yang diinginkan, salah satunya melalui Amartha P2P Lending.

Begitulah cara-cara agar para milenial bisa menghentikan generasi sandwich. Bagi saya, persiapan masa tua nanti penting bagi kehidupan saya sekeluarga, dan saya ingin mempersiapkannya sebaik mungkin dengan menyiapkan dana pensiun yang cukup. Tidak masalah jika anak atau cucu ingin memberikan dukungan finansial sebagai bantuan atau kasih sayang. Tetapi jangan sampai kita benar-benar bertumpu keuangan secara keseluruhan kepada anak cucu kita hanya karena kita tidak mempersiapkan hari tua dengan baik.

Semangat menabung dan berinvestasi, para milenial!

1 comment

© Catatan Ibun | Parenting and Mindful Living • Theme by Maira G.