SLIDER

MY BIRTH STORY pt. 1 - flek dan kontraksi palsu

Minggu, 2 Desember 2018 - Flek dan Braxton Hicks

Usia Kehamilan 34 Minggu.
Cerita melahirkan saya mungkin bisa dimulai dari sejak usia kandungan memasuki 34 minggu, di mana saat itu mungkin saya tidak sadar kalau itu adalah tanda-tanda mendekati persalinan.
Saat itu saya harus pergi ke pernikahan sahabat saya di Jakarta. Hari sebelumnya, saya dan suami berangkat dgn KAI, karena menurut kami lebih nyaman menggunakan kereta daripada travel.

Saat di dalam kereta selama perjalan, tiba-tiba terasa dorongan dari dalam perut yang agak kuat. Saya mikirnya "apa baby A sedang ngulet?" Rasanya seperti tendangan tapi tidak mendadak. Mungkin ini hanyalah Braxton Hicks, atau kontraksi palsu, saya pikir.

Kontraksi palsu ini tidak muncul lagi sampai saya sudah di rumah orangtua saya di Depok. Hari minggu ini, saya cukup sibuk untuk membereskan barang-barang saya di Depok. Lagi-lagi saya dapat dorongan besar ini untuk decluttering barang-barang lama saya di Depok. Setelah  itu saya menghadiri kondangan di malam harinya.

Kagetnya, sepulang ke rumah, saya flek! Waduh panik, saya langsung mikir, mungkin memang karena saya cukup lelah seharian ini. Masalahnya ini baru usia kandungan 34 minggu, belum cukup bulan kalau harus melahirkan. Rencana pulang ke Bandung senin subuh pun batal karena saya masih flek di pagi hari itu dan memutuskan untuk ke dokter kandungan di Depok.

Saat ke dokter kandungan, alhamdulillah katanya masih aman, hanya kontraksi palsu, fleknya jg bisa disebabkan oleh kontraksi. Alhamdulillah detak jantung bayi, tekanan darah saya dan lainnya masih normal.  Hanya saja, cairan ketuban mulai sedikit berkurang dan saya diminta minum air putih lebih banyak. Selain itu, saya masih ada keputihan (sejak trimester pertama gak tau kenapa jadi keputihan parah), dan kata dokter mungkin hal itu yang menyebabkan kontraksi juga (karena bagian bawah kotor dan memicu kontraksi dan flek), sayapun diberikan obat vagina (lagi) untuk membersihkan keputihan.

Saya harus bed rest selama 3 hari, sedangkan suami harus pulang ke Bandung. Flek nya juga sudah hilang 2 hari. Setelah saya rasa baik-baik saja, akhirnya di akhir minggu saya pulang ke Bandung dan memutuskan untuk kontrol dengan dokter di sana seperti biasa.

Rabu, 19 Desember 2018 - Galau Tempat Bersalin

Usia Kehamilan 35 Minggu.
Minggu depannya setelah kejadian flek itu, saya cek ke dokter kandungan saya di Bandung, dan menceritakan kejadian di Depok. Beliau setuju kalau air ketuban saya berkurang. Selebihnya alhamdulillah normal, dan dijadwalkan untuk check lab di pertemuan selanjutnya.

Kebetulan saat itu saya sudah rencana ingin mengutarakan rencana Birth Plan saya ke dokter. Apa itu birth plan, bisa dibaca di postingan saya yang ini.

Saya: Dokter, saya kan berencana melahirkan di RS ini,  jika berkenan, saya ingin mengetahui bagaimana prosedur saat melahirkan, karena kan saya belum pernah melahirkan dok. Kemudian jika berkenan saya ingin menyampaikan birth plan say dok supaya ekspektasi saya sesuai.

*dokternya baca birthplan*
Dokter: "Ini yang ditulis di sini itu kan ideal semua, ya kita gak tau dong nantinya bakal gimana, bisa aja harus tindakan dll."

Saya: "Iya dok, saya paham, memang kondisi emergency bisa saja terjadi. Saya cantumkan juga dok di sini apabila ada tindakan yang harus dilakukan, saya bersedia dengan pemberitahuan terlebih dahulu. Paling tidak saya ingin tahu, apakah hal-hal yang ada di birthplan ini, dapat dilakukan ketika tidak ada kondisi emergency.

Dokter: *baca*.. gak gak yang ini gak bisa. *baca lagi* Kalo ini ya memang begini. *baca lagi* Klo ini kan udah prosedurnya begini*. Gini bu, di RS itu kan sudah ada prosedur.... *blablabla*

Ternyata, dokternya kurang menyambut dengan baik, entah saya salah ngomong, atau karena dokternya sudah tua jadi gak paham apa yang saya tulis, merasa saya itu  idealis atau merasa saya menyerang prosedur RS atau bagaimana. Padahal sebenarnya hak kita lho untuk menyampaikan Birth Plan. Saya nangkepnya kayak beliau merasa dia dan RS diserang gitu dengan kemauan saya. Intinya saya merasa bahwa di RS dan kecenderungan dokternya akan melakukan banyak intervensi medis dan tidak mengutamakan persalinan yang minim intervensi.

Saya jadi galau mau lahiran di RS tempat biasa saya check up, dan di waktu akhir trimester 3 ini saya malah mencari tempat lahiran baru. Akhirnya saya menemukan beberapa kandidat, yaitu Klinik Mutiara Cikutra, dan Bumi Ambu. Entah kenapa saya tidak terpikir dari awal untuk ke dua klinik tersebut, karena saya juga tidak terpikir untuk melahirkan di sebuah klinik. Saya biasanya mengikuti kelas Prenatal di Bandung, dan sebenarnya suka dengan klinik Harkel Bandung, tapi saya tidak pilih Harkel Bandung karena jauh dari saya, dan kebetulan RS rujukannya (jika terjadi gawat darurat), saya kurang suka. Jadi kalau melahirkan di klinik itu, memang diutamakan untuk bersalin normal pervaginam, tetapi kalau harus operasi Caesar, atau ketuban pecah duluan atau hal gawat darurat lain, klinik tidak bisa melayani hal tersebut karena tidak ada fasilitasnya. Sehingga pasti ada rumah sakit rujukan. Jadi bagi yang mau bersalin di klinik, lebih baik daftar juga di rumah sakit rujukan dan survey juga terkait RS rujukannya, agar lebih tenang apabila ada kondisi gawat darurat.

Sesampainya di rumah, karena saya dibilang ketubannya berkurang, saya kok merasa dalam hati cemas sekali. Cemas jika melahirkan preterm, atau ketuban pecah, huhu. Kemudian segala urusan perbayian yang masih saya cicil, tiba-tiba langsung saya kebut. Saya langsung beli peralatan bayi yang kurang, lalu mencuci semua baju, kain dan clodi bayi, melengkapi koper bersalin, membersihkan dan membereskan segalanya, dll. Saya cemas sekali, haha. Apalagi ada teman saya yang baru mengabari kalau dia tiba-tiba sudah lahiran karena ketubannya sudah minim dan disuruh untuk induksi dan melahirkan saat itu juga. Tapi mungkin ini adalah pertanda, atau hunch seorang ibu ya, kalau tanda persalinan sudah dekat.

Sabtu, 22 Desember 2018 - Masih Kelas dan Survey Klinik

Usia Kehamilan 36 Minggu.
Di usia kehamilan 36 minggu ini saya masih berkegiatan, saya baru mendapati kuota kelas Child Birth class di Harkel weekend ini, sabtu dan minggu. Di situ saya belajar lebih dalam tentang proses kelahiran.

Selama di kelas, saya beberapa kali merasakan perut tidak nyaman, seperti baby ngulet-ngulet terus, saya masih berpikir itu kontraksi palsu, kemudian saya hitung dengan aplikasi Baby Center. Saat itu kontraksi tidak beraturan, setiap satu jam sekali. Kebetulan saat itu fasilitator sedang menjelaskan mengenai kontraksi palsu. Saya pun menanyakan bagaimana sih rasanya beda kontraksi atau bukan. Katanya, kalau kontraksi itu perut depan sekeras dahi, kalau bukan, perut sekeras pipi. Lah, yang saya rasakan kok sekeras dahi ya? wkw. Jadi benar ini adalah kontraksi, tapi karena tidak beraturan, saya masih anggap itu kontraksi palsu.

Hari ini  pertama kali ke Klinik Mutiara Cikutra untuk menanyakan mengenai fasilitas di sana dan membuat janji dengan dokter Leri, dokter favorit bumil Bandung hehe. Saya dijadwalkan untuk bertemu di hari Kamis 26 desember, dan saya juga mencari rujukan cek darah terakhir dan jadwalnya hari Senin. Tapi saya punya sedikit feeling, kok saya kayak ga bakal ketemu dokternya ya? Karena punya feeling itu, saya jadi mencoba mencocokkan Birth Plan saya dengan bidan yang melayani saya. Dan saya punya feeling baik karena dapat tanggapan cukup baik dari para bidan, meski memang ada beberapa prosedur yang tidak dapat dilakukan seperti delay cord clamping dan melahirkan dengan posisi bebas, setau saya kalau di Harkel dan Bumi Ambu bisa lebih gentle birth, karena yang saya tahu bahkan di Harkel diajarkan cara agar sang ayah bisa memotong tali pusat anaknya.

Sayapun punya rencana survey ke Bumi Ambu di minggu depan itu setelah dari dokter Leri, tapi lagi-lagi saya kok feeling bakal gak jadi ke sana ya. Saya hanya bisa survey lewat telepon dulu, dan sebenarnya usia kehamilan saya sudah cukup besar untuk bisa diterima melahirkan ke sana. Soalnya setau saya kalau di Bumi Ambu itu ada semacam "seleksi" nya karena full gentle birth jadi harus menyelesaikan "tugas-tugas" yang diberikan, yakni misal olahraga dan pemberdayaan diri sejak awal hamil.

Senin, 24 Desember 2018 - Kontraksi 5 - 1 - 1

Usia Kehamilan 37 Minggu (pas).

Pagi ini saya cek aplikasi Baby Center seperti biasa. Your baby is 37 weeks old! Hari ini hari pertama memasuki kehamilan 37 minggu. Hari ini, seharusnya saya cek lab, tapi saya merasa perut saya tidak nyaman seharian, sering kontraksi palsu. Akhirnya saya batalkan check nya dan ingin tunda sampai hari Rabu, karena hari Selasa kan libur natal. Saya mencoba menghitung kontraksi dengan aplikasi contraction timer dari aplikasi Baby Center, kontraksi sangat tidak beraturan dan masih sekitar setiap jam. 

Saat jam 9 malam menjelang tidur, entah kenapa perut saya semakin tidak nyaman dan membuat saya tidak bisa tidur. Saya cek kembali menggunakan contraction timer. Lho kok polanya sudah 5 - 1 -1 ya. Alias
5 – KETIKA KONTRAKSI ANDA BERJARAK 5 MENIT
1 – BERDURASI 1 MENIT
1 – DAN BERADA DALAM POLA YANG SAMA SELAMA 1 JAM
Sumber: Bidan Kita

Jujur saya agak panik. Bukan karena mau lahiran sekarang, tapi karena ini masih jauh dengan HPL alias Hari Perkiraan Lahir yang masih 3 minggu lagi. BabyA pun baru saja memasuki usia 37 minggu hari ini, yakni usia kandungan minimal dianggap cukup bulan untuk melahirkan. Apakah nanti benar akan dianggap cukup bulan atau preterm ya? Saya pun belum sempat cek darah terakhir. Apa saya normal apa Hb saya rendah? (karena saya sempat riwayat Hb rendah)

Meski banyak yang saya pikirkan, tapi saya merasa ya mau gak mau harus lahiran, iya kan? Saya pun bilang ke suami saya kalau ini tandanya sudah mau lahiran, kami meutuskan ke klinik yang menjadi pilihan kami.  Beruntunglah saya sudah menyiapkan koper persalinan, meski ada beberapa barang yang belum saya masukkan karena masih saya pakai sehari-hari. Saat saya ke toilet sebelum berangkat, saya lihat ada flek seperti menstruasi. Baiklah, ini memang saatnya ke klinik.

Jam 11 malam, sesampainya di parkiran klinik Mutiara Cikutra, saya baru mulai merasakan mulas di area punggung saya, sama seperti menstruasi yang sudah lama tidak saya rasakan. Saya agak malu-malu gimana gitu, karena kan saya belum pernah check up di klinik ini, belum pernah ketemu dokter Leri, apa iya boleh lahiran di sini? Wong baru survey hari sabtu kemarin.

Saat dicek pembukaan oleh bidan, ternyata saya sudah bukaan 2 ke 3. Awalnya para bidan ragu, karena menurut HPHT, waktu cukup bulan bagi babyA adalah 3 hari lagi, dan kalau begitu harus ke RS karena dianggap preterm. Tapi setelah konfirmasi ke dokter, ternyata menurut perhitungan dokter Leri sudah memasuki usia cukup bulan dan beliau mau bantu kelahiran saya. Sungguh baik sekali dokter nya ya :") padahal belum pernah ketemu, huhu.

Jujur awalnya saya mau coba beritahu soal birthplan lagi khususnya untuk disampaikan ke dokter. Tapi ya kayaknya saya tau diri aja, udah yang dadakan, belom pernah ketemu pula, tapi entah kenapa saya feeling good terhadap dokter Leri (maklum dokter Favorit soalnya), jadi saya pasrah saja. Kalaupun ada apa-apa, RS rujukan klinik ini adalah RS tempat selama ini saya check up.

Saya telpon orangtua saya, orangtua saya tipe yang kaget kenapa saya pilih lahiran di klinik (kok kayak gak punya duit aja). Meski saya san suami sudah menyiapkan budget untuk melahirkan di RS, tetapi saya merasa kurang sreg dengan bayangan melahirkan di RS itu. Sedangkan RS lain bukan pilihan karena lokasinya yang lumayan jauh. Lagi-lagi, juga karena feeling. Saya pilih klinik ini juga karena kamar bersalinnya bagus dan homey sekali, serta alasan karena ditangani oleh Dokter Leri. Mungkin kalau saya tidak diterima oleh dokter Leri, saya bakal pindah ke tempat bersalin lain, hehe.

No comments

Post a Comment

© Catatan Ibun | Parenting and Mindful Living • Theme by Maira G.